Banyak dari penerima pesan itu memang tak percaya begitu saja dengan kebenaran kabar tersebut, dan hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Namun agar isu tersebut tak semakin liar dan membuat panik masyarakat, ada baiknya peredarannya dihentikan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Kepala Pusat Informasi Gatot S. Dewa Broto menegaskan bahwa isu tersebut sudah meresahkan. Masyarakat pun diimbau untuk tidak cemas karena BATAN sudah melakukan antisipasi.
Isu tersebut di antaranya menyebutkan bahwa dampak radiasi tersebut akan berimbas ke Indonesia melalui curah hujan yang mengandung zat radioaktif yang membahayakan kesehatan masyarakat.
"Padahal menurut informasi dari BATAN, radiasi yang keluar dari dua reaktor tersebut berkonsentrasi rendah dan paling jauh terdistribusi pada radius 20 km dari reaktor nuklir tersebut, sehingga zat radioaktif tidak akan terbawa curah hujan sampai wilayah Indonesia," tukas Gatot, Selasa (15/3/2011).
Ia menambahkan, kewaspadaan terhadap kemungkinan radiasi memang penting dan juga menjadi hak asasi setiap orang untuk saling berkomunikasi secara bebas, sejauh tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
"Untuk itu diimbau pada masyarakat untuk tidak turut membroadcast pesan/SMS tersebut ataupun melalui jejaring sosial," Gatot menandaskan.
Berikut adalah bunyi pesan palsu 'hujan nuklir' yang sempat diterima detikINET:
"Dari dokter Hardi W - Jakarta. Sudah masuk tv tadi: karena kmrn ada gempa dan tsunami, Ada ledakan nuklir 16:30 Minggu di Fukushima Jepang. Jika terjadi hujan hari ini atau dalam beberapa hari ke depan, JANGAN SAMPAI TERKENA HUJAN. Jika Anda harus keluar, gunakan payung atau jas hujan, bahkan jika hanya gerimis. Karena partikel radioaktif, yang dapat menyebabkan luka bakar atau kanker alopecia mungkin terkandung dalam hujan. tolong bantu broadcast,"
( ash / fyk )
Sumber : detikinet (13 Maret 2011)
#Tekno