Menembak Teroris dengan Hati

Menembak Teroris dengan HatiDAR...der...dor! Lagi, dua tersangka teroris bergelimpangan di dekat kantor Polsek Leupeung, Desa Meunasah Masjid, Kabupaten Aceh Besar. Petugas Densus terus melakukan pengejaran sindikat teroris generasi baru di wilayah itu.

Polisi menyebutkan dua korban itu adalah Anceng Kurnia alias Jaja alias Umar Yusuf berasal dari Lampung dan Ura Sudarma alias Muttaqin dari Bandung. Keduanya diduga sudah cukup terkenal dan diburu polisi sejak lama.

Selain dua tewas, polisi juga menangkap delapan orang lainnya dalam satu kendaraan L-300, masing-masing Mahfud, Badru, Yunus alias Ambon, Gema alias Chaidir, Taufik, Hendra Ali, Ibnu Sina, dan Abu Baro. Bersama dengan tersangka, aparat kepolisian juga mengamankan tiga pucuk senjata api jenis M16, dua pucuk AK dan satu pistol Glock serta 25 magasin dan amunisi serta uang tunai.

Penggerebakan ini merupakan untuk kedua kalinya di Aceh. Sebelumnya penyerangan sebelumya sebagai prolog untuk mengantarkan aparat Densus melakukan penyergapan terhadap Dulmatin di Pamulang. Densus masih terus melakukan pengejaran dan penangkapan secara gencar hingga menumpas habis seakar-akarnya tindakan teror di Indonesia.

Seperti biasa setiap upaya penanganan kasus-kasus teroris yang menimbulkan korban jiwa selalu melahirkan pendapat pro-kontra. Tidak semua orang suka teroris diberantas seperti itu, masih banyak orang yang pro sekaligus memberikan simpati kepada para tororis dengan berbagai macam argumentasi.

Akan tetapi pada galibnya teror dan terorisme sebagai common enemy (musuh bersama) tidak bisa dihindari. Teror atas nama apapun akan berhadapan dengan orang banyak, bukan karena alasan primordialisme.

Pengamat sosial dan praktisi pers Sujarwo di Jakarta, mengatakan timbulnya terorisme membuktikan bahwa terjadi ketidaksesuaian dalam proses penanaman nilai-nilai (indoktrinasi) agama di Indonesia terutama dalam hal kemanusiaan (humanisme).

Sujarwo mengemukakan hal tersebut di Jakarta, Jumat (12/3/2010), sambil mengatakan, pemahaman parsial atau sepotong-potong terhadap nilai-nilai agama akan dapat menguatkan radikalisme yang berbasis nilai agama. Padahal, katanya, dalam agama jelas terkandung nilai-nilai humanisme yang tinggi, khususnya agama Islam yang dinisbatkan sebagai agama pembawa rahmat dan kesejateraan bagi semesta alam.

Hal inilah yang menjadi tesis bahwa tumbuhnya terorisme merupakan bukti ketidaksesuaian secara kolektif bangsa Indonesia terutama para tokoh agama dalam proses menanamkan nilai-nilai humanisme.

Bukan cuma praktisi sosial saja, sejumlah sejumalh organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) berbasis Islam pun merasakan perlu mengatasi terorisme, hanya saja dengan cara mengambil hati mereka (teroris-red) yang diduga atau bisa terpengaruh melakukan aksi teror.

Begitulah pendapat Ketua Umum Pemuda Islam, Drs. H. Hasanuddin Sandi AS, yang mewakili 10 organisasi kepemudaan Islam, dalam pertemuan di Jakarta Pusat, Jumat (12/3/2010).

Dia memuji polisi, karena mengambil tindakan benar dalam memberantas teroris dan patut mendapat penghargaan dari Pemerintah karena terorisme merupakan suatu tindakan yang bisa merusak seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia.
Untuk membantu pemberantas terorisme di masa mendatang, lanjutnya, organisasi kepemudaan Islam akan berperan serta memberantas kegiatan yang merugikan masyarakat tersebut, khususnya terhadap mereka yang diduga teroris dan telah menjadi daerah pantauan pihak kepolisian.

"Kami akan `menembak` teroris dengan hati. Caranya dengan memberikan pemahaman yang benar kepada pemuda dan remaja tentang makna sebenarnya dari Jihad. Memberikan pelatihan kerja berupa workshop dan kegiatan lain agar generasi muda kita tidak tergiur oleh janji yang tidak benar dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab."

Hadir dalam pertemuan Organisasi Kepemudaan Islam tersebut yakni Ikatan Sarjana Al-Washiliyah-ISARAH), Pemuda Islam, Angkatan Muda Satuan Karya Ulama Indonesia/AMSI), Angkatan Muda Thareqat Islam-AMTI), Gerakan Pemuda Al-Washliyah-GPA), Ikatan Putera-Puteri Al-Washliyah-IPPA), Gerakan Pemuda Islam-GPI, Ikatan Putra-Putri Indonesia-IPPI, Komandan Nasional Brigade Masjid, dan Gerakan Pemuda Ka'bah.

Sikap dan niat dari Ormas Islam ini memberi petunjuk ada kemajuan begitu pesat untuk mewujudkan harmonisasi antara spririt hablumminallah dan hablumminanas. Menghormati dan mencintai sesama umat manusia merupakan bukti nyata ketaatan kepada Tuhan Sang Pencipta. (*)

Sumber : Tribun Kaltim (13 Maret 2010) Borneo
©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Menembak Teroris dengan Hati". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait