Tentang Jihad, Bom Syahid dan Terorisme

Islam agama perdamaian.

Islam selalu mengajak orang kepada perdamaian dan kerukunan. Islam tidak pernah mengizinkan seseorang untuk memerangi siapa pun yang tidak bersalah. Bahkan dalam konsep Islam, eksistensi sebuah agama diakui meski bukan untuk dibenarkan. Sehingga ide-ide untuk mengatakan bahwa semua agama adalah benar agar tidak terjadi bentrok sesama pemeluk agama, bukanlah ide yang bisa diterima dalam pandangan Islam. Karena konsep dasar Islam adalah mengakui eksistensi agama apapun serta menghormati para pemeluknya. Dan juga memberikan kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya. Tetapi tanpa harus mengobral aqidah dengan mengatakan bahwa semua agama itu sama atau semua agama itu benar.

Sejarah telah membuktikan kepada kita bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang mampu menghimpun semua pemeluk agama dalam sebuah masyarakat yang rukun, toleran dan hidup berdampingan dengan damai. Semua itu selama para pemeluk agama itu tidak melancarkan serangan dan permusuhan dengan umat Islam.

Dakwah dan damai sebelum jihad pisik

Namun dalam kondisi dimana umat Islam diperangi, maka Islam pun mengenal peperangan melawan kebatilan dengan melakukan kontak senjata. Dengan catatan bahwa peperangan dalam Islam adalah satu-satunya jenis peperangan yang paling beradab yang ada di muka bumi. Kalau pun harus terjadi kontak senjata melawan orang kafir, maka harus jelas dulu perjanjian dan syarat-syarat yang diajukan.

Selain itu jauh sebelum perang diizinkan, harus ada dakwah kepada mereka terlebih dahulu, baik dengan lisan mapun tulisan. Sehingga tidak terjadi perang sebelum mereka tahu persis apa itu Islam dan tahu bahwa agam mereka itu salah. Kalau pun mereka mengangkat senjata, mereka lakukan bukan karena tidak tahu apa itu Islam, tapi karena gengsi dan takabbur saja, sementara dalam hati mereka tidak bisa menolak kebenaran Islam.

Latar Belakang Perang Antar Agama

Dalam periode dakwah opensif di paruh kedua masa dakwah di Madinah, Rasulullah SAW selalu mengirim utusan untuk berdialog memperkenalkan kepada para raja dan masyarakat dunia tentang Islam. Kepada mereka dijelaskan bahwa Islam adalah agama yang merupakan estafet dakwah para nabi dan agama sebelumnya. Dakwah Islam mengakui eksistensi agama-agama terdahulu dan menghormati para rasul yang datang sebelumnya serta membenarkan apa yang mereka bawa.

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat , tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,"(QS. Al-Maidah : 48)

Islam hanya mengajak dan menyampaikan amanah

Bahkan sebenarnya dakwah Rasulullah SAW itu sendiri sudah diinformasikan kepada para pemeluk agama sebelumnya dalam kitab-kitab suci mereka. Nabi Isa as sendiri secara tegas sudah berpesan bahwa akan ada nabisetelahnya dengan ciri-ciri yang disebutkannya secara jelas. Sehingga bila suatu hari Nabi tersebut datang, beliau sudah pernah memberi informasi tentangnya agar tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak menerimanya.

"Dan ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad ." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata.""(QS. Ash-shaff : 6)

Bahkan Allah sendiri menegaskan bahwa para pemuka agama sebelum Rasulullah SAW itu pun sudah akrab dengan berita kedatangan nabi terakhir yaitu Muhammad. Ciri-ciri beliau banyak sekali disebutkan di dalam Taurat dan Injil. Sehingga Al-Quran menggambarkan bahwa mereka mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak mereka sendiri.

"Orang-orang yang telah Kami beri Al Kitab mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri . Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui."(QS. Al-Baqarah : 146)

"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman ."(QS. Al-An`am : 20)


Karena itu ketika Muhammad Rasulullah SAW pada tahun 610 M benar-benar datang dan telah diangkat menjadi nabi terakhir dengan misi menyampaikan dakwah dari Allah sebagai nabi penerus misi para nabi sebelumnya, tidak ada alasan lagi bagi para pemeluk agama lain itu untuk mengatakan 'tidak'. Semua info tentang Nabi terakhir dan agama terakhir itu tidak bisa dipungkiri lagi.

Perang itu dimulai oleh non muslim

Tapi alih-alih beriman dan menerima agama yang dibawanya, justru mereka melakukan konspirasi untuk membunuhnya. Sebenarnya ini bukan pertama kali para pemeluk agama lama itu berusaha membunuh seorang nabi, bahkan nabi-nabi mereka pun dahulu ingin mereka bunuh.

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?""(QS. Al-Baqarah : 91)

Dengan latar belakang sejarah seperti ini, maka bila mereka memerangi Islam bukanlah sesuatu yang aneh lagi. Sejak dari mereka masih tinggal di Madinah dan melakukan pengkhiatan-pengkhianatan dan siatan akal busuk sehingga mereka diusir dari kota suci itu, lalu ancaman serbuan dari pihak Romawi kepada wilayah-wilayah Islam, maka wajarlah bila Islam mengangkat senjata mempertahankan diri dan menjaga kehormatan. Justru mengangkat senjata dalam kondisi diancam dan diperangi merupakan perintah fardhu dalam Islam. Allah SWT berfirman :

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."(QS. Al-Baqarah : 190)

Syarat Perang

Namun sekali lagi perang dalam Islam harus jelas syarat dan kondisinya. Tidak asal bertemu dengan orang kafir lantas main bunuh dan main bom. Hanya mereka yang kafir dan memerangi agama Islam saja yang boleh diperangi. Allah berfirman :

"Jika mereka merusak sumpah nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang janjinya, agar supaya mereka berhenti."(QS.At-Taubah : 12)

Sedangkan orang kafir yang tidak memerangi Islam, tidak boleh dibunuh atau diperangi. Bahkan bila mereka berada dalam jaminan negara Islam, mereka harus dilindungi dan dijamin nyawa, harta benda dan keamanannya oleh pemerintah Islam. Orangkafir yang hidup di negeri kita harus mendapatkan perlindungan dari umat Islam.

"... Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan menjadi penolong, kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya ..."(QS. An-Nisa : 89-90)

Perang hanya dibolehkan di wilayah konflik

Sedangkan mereka yang jelas-jelas memusuhi dan berada di wilayah konflik (medan perang) dan memang sedang berlangsung peperangan antara umat Islam dengan mereka, maka hanya di wilayah itu sajalah boleh terjadi pertumpahan darah. Darah dan harta mereka menjadi halal bagi kaum muslimin di sana. Bagi umat Islam yang negerinya menjadi wilayah konflik dan medan perang terbuka, wajib bagi mereka merebut kembali tanah mereka dari tangan penjajah. Jihad dengan kontak senjata menjadi fardhu `ain bagi mereka. Sedangkan buat umat Islam yang tinggal di luar wilayah konflik, bila mereka memiliki kemapuan, bolehlah mereka datang ke wilayah konflik itu dan membantu saudara-saudara muslim mereka disana.

Tapi tidak untuk melakukan pembunuhan di luar wilayah konflik, apalagi dengan pembunuhan membabi buta di tempat lainnya yang bukan merupakan wilayah konflik. Karena tidak semua orang kafir dapat digolongkan sebagai musuh yang halal darahnya.

Palestina adalah wilayah konflik

Buat kondisi kita saat ini, wilayah palestina yang direbut oleh Israil jelas merupakan tanah jihad. Dan pasukan israel beserta penduduk sipil mereka jelas merupakan musuh yang halal darahnya. Kapan pun dan bagaimana pun caranya, halal bagi umat Islam Palestina untuk membunuh mereka. Sebagaimana mereka merasa halal untuk membunuh bangsa Palestina kapan pun dan dengan cara apapun, termasuk dengan menginjak-injak resolusi PBB. Masuknya Israel dan mencaplok sebuah negeri yang berdaulat saja sudah merupakan aksi terorisme terbesar dalam sejarah. Lepas dari pertimbangan bahwa mereka punya masa lalu di negeri itu, tapi kedaulatan sebuah pemerintahan yang resmi dan syah tidak bisa dilanggar begitu saja.

Bangsa yahudi sejak ribuan tahun yang lalu telah meninggalkan tanah moyang mereka dan bertebaran di muka bumi menjadi duri dalam daging umat manusia. Tanah itu ditempati oleh penguasa Islam sejak abad pertama Islam tumbuh dan tidak pernah lepas kecuali beberapa tahun ketika pasukan salib membuat makar. Lalu tiba-tiba di abad 20 yahudi itu datang bawa senjata dan membunuh siapa saja yang mereka dapati di tanah itu lalu menancapkan negara Israil. Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang tidak mengutuk ulah yahudi itu kecuali boneka mereka (UK dan USA). Bahkan PBB pun mengecam tindakan itu dan menyebutnya sebagai penjajahan.

Bom Syahid

Adapun bom syahid yang dilancarkan oleh bangsa Palestina, maka sama saja dengan bambu runcing yang dibawa pemuda Indonesia melawan agresi tentara Belanda. Sama dengan rencong yang diacungkan Tengku Umar kepada tentara Belanda di Aceh. Sama dengan keris yang diacungkan Diponegoro di tanah Jawa. Sama dengan pasukan Fatahillaah yang menyongsong tentara potugis di pelabuhan Sunda Kelapa. Karena ketika seorang muslim masuk ke gelanggang perang, tujuan satu-satunya yang ingin dicapainya hanya mati syahid dengan cara apapun. Tindakan ini dibenarkan bila dilakukan di dalam wilayah konflik, bahkan didukung oleh semua ulama muslim.
Sebaliknya, bila bom itu dipasang di sebuah negeri yang damai dengan alasan jihad dan sebagainya, ketahuilah bahwa Islam tidak pernah membenarkan hal itu. Dan tidak ada umat yang bodoh melakukan hal itu.

by kang nceps Mail-Archive.com [keluarga-islam] 3 Oktober 2005

Pengertian Jihad Membangun, Bukan Ngebom

Kepala Kantor Departemen Agama Kota Mataram, Drs. H. Husnan Ahmadi menegaskan, pengertian jihad sekarang ini membangun bangsa dan negara, bukan membunuh atau mengebom.

"Jihad berlaku pada zaman Rasulullah ketika berperang melawann kafir Qurais seperti di perang Badar dan Uhud, atau seperti bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda," katanya menjawab pertanyaan ANTARA di Mataram, Kamis.
Untuk itu, jika ada sekarang sekelompok orang melakukan pembunuhan dengan cara mengebom seperti yang terjadi di Mega Kuningan, Jakarta Jumat pekan lalu, itu salah besar, baik dari segi agama maupun hukum.

Dikatakannya, pelaku pengeboman `indentik dengan pondok pesantren`, ini juga tidak benar, karena tidak ada pimpinan pondok pesantren atau Tuan Guru yang mengajarkan santrinya untuk membunuh apalagi mengebom. "Mungkin saja kebetulan mereka yang diduga pelaku pengeboman selama ini pernah belajar di pondok pesantren dan setelah keluar dari pondok pesantren mereka belajar tentang arti jihat yang salah," katanya.

Sumber : TVOne.co.id (23 July 2009)

Negara Tidak Akan Kalah Lawan Terorisme

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa negara tidak boleh dan tidak akan kalah melawan aksi-aksi terorisme. Penegasan itu dikemukakan Presiden saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka peringatan hari ulang tahun ke-64 kemerdekaan Republik Indonesia di depan rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Jumat pagi.

Presiden mengatakan teroris menginginkan bangsa Indonesia tercekam dalam suasana ketakutan dan kemudian menghentikan kegiatan sehari-hari. “Pemerintahan yang saya pimpin akan terus berjalan sebagaimana mestinya, melindungi rakyat, melayani rakyat, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia,” tegasnya.

Menurut Presiden, aksi terorisme dengan melakukan pemboman di tempat-tempat umum adalah tindakan yang sungguh tidak berperikemanusiaan. Korbannya adalah orang-orang yang tidak berdosa, baik warga negara sahabat maupun warga negara Indonesia sendiri.
Presiden mengungkapkan, dalam aksi terorisme kali ini, ada gejala baru. Yaitu, aksi terorisme ditujukan langsung untuk melawan negaranya sendiri, termasuk rencana asasinasi (pembunuhan, red) kepala negara.

Sumber : TVOne.co.id (14 Agustus 2009)

MUI Maluku Imbau Umat Perangi Terorisme

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku mengimbau umat muslim dan umat beragama lainnya untuk bersama-sama membantu pemerintah memerangi aksi-aksi terorisme di tanah air. "Selaku umat beragama kita semua wajib bersama pemerintah memerangi aksi terorisme karena selain bertentangan dengan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa juga dilarang ajaran agama mana pun," kata Sekretaris MUI Maluku, Idrus Latuconsina, di sela-sela peringatan HUT proklamasi ke-64 di Ambon, Senin.


Terkait aksi bom bunuh diri yang dilakukan jaringan teroris Noordin M. Top, Latuconsina menegaskan, hal itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. "Bom bunuh diri merupakan bentuk kekerasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan dilarang ajaran agama manapun termasuk ajaran Islam," katanya.

Guna meningkatkan ketaqwaan umat beragama agar tidak terpengaruh hal-hal negatif termasuk terlibat jaringan teroris, pihaknya mengimbau para tokoh agama Islam untuk meningkatkan ceramah di tempat-tempat ibadah, sehingga umat memahami sungguh ajaran agamanya. "Pimpinan agama harus mampu membimbing umatnya agar berperilaku baik dan saling menghormati antarsesama pemeluk agama, sehingga terbina kerukunan dan kekeluargaan, bukan saling bermusuhan, apalagi melakukan aksi bom bunuh diri yang menyebabkan korban jiwa tidak berdosa," ujarnya.

Sumber : TVOne.co.id (17 Agustus 2009)
©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Tentang Jihad, Bom Syahid dan Terorisme". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait