Sanad Keilmuan dan Warisan Para Nabi
Dulu aku sering diajak oleh syeikh mula yusuf kurdi mengunjungi syeikh said ramadhan albuthy, biasanya untuk urusan bisnis, lalu dilanjutkan dengan diskusi dan bahkan kadang sampai debat dari dua ulama kurdi bermazhab syafii ini, biasanya aku mah terpesona aja melihat dua lautan ilmu beradu, seolah aku tenggelam kedalam arus laut itu, padahal karena gak paham hahaha, maklum waktu itu masih pemula, tapi cukuplah membantu ngambil buku di rak jika memang dibutuhkan sebagai isbat. Syukurlah kadang candaan tentang lelucon orang kurdi mereka disela-sela diskusi, sering menyelamatkanku agar tidak jadi tenggelam dalam arus lautan ilmu itu.
Suatu kali syeikh albuty bertanya kepadaku, fauzan kamu baca apa sama mula yusuf? Aku katakan, fiqh syafii, ushul fiqh, dan syamail muhammadiyah. Beliau "Teruslah baca seperti itu, karena begitulah ilmu didapat, setiap huruf dari kitab harus didengarkan penjelasannya dari guru agar memahaminya dengan benar, dan kami dulu seperti itu belajar kepada guru kami, dan guru kami juga belajar kepada gurunya seperti itu, begitu sampai kepada pengarang kitab. Para pengarang kitab ini mewarisi ilmunya dari gurunya dengan cara yang sama sampai kepada rasulullah".
Malaikat Jibril turun membawa risalah dari tuhan, lalu nabi muhammad SAW belajar kepada jibril setiap detail risalah tuhan, duduk dihadapan jibril sampai kedua lututnya beradu dengan lututnya jibril. Kemudian para sahabat belajar kepada nabi Muhammad dengan cara yang sama, siang malam mereka habiskan dengan nabi Muhammad, makan bareng, becanda bareng, jalan-jalan bareng, belajar bareng bahkan perang bareng, jadi apa yang dipikirkan nabi dalam memahami risalah tuhan benar-benar dipahami para sahabat dengan cara yang benar. Sampai nabi mengatakan orang yang paling paham halal dan haram adalah muaz, ali adalah pintu kota ilmu, orang yang paling paham tentang faraidh adalah zaid, orang yang sering dapat ilham dari umatku itu umar, dll. Intinya mereka adalah rekomendasi nabi saw sendiri, sebagai bukti bahwa ilmu mereka beneran seperti yang di inginkan nabi saw.
Para sahabat junior seperti ibnu abbas, ibnu umar, hasan bin ali, abdullah bin zubair, abdullah ibn amru bin ash belajar kepada senior mereka seperti ali, umar, usman, abdullah bin mas'ud, ubay, zaid, dll. Mereka menghabiskan masa muda mereka untuk barengan dengan murid senior rasulullah saw, sampai kadang untuk bertanya beberapa masalah ilmu mereka tertidur didepan pintu rumah gurunya disiang hari iklim gurun, ketika menunggu gurunya keluar rumah, subbah seperti inu membuat mereka paham betul bagaimana pemahaman rasul kepada risalah tuhan dan apa yang diajarkan rasul kepada sahabat senior, sampai akhirmya mereka dapat pengakuan dari sahabat senior tentang keilmuan mereka dan benarnya pemahaman mereka tentang risalah islam, sehingga mereka direkomendasi pada umat untuk melanjutkan risalah kerasulan. Ilmu itulah yang kemudian diturunkan kepada generasi selanjutnya.
Untuk memahami bagaimana memahami risalah ilahi dengan benar, sesuai dengan yang dipahami nabi, dan para sahabat, Hal yang sama juga dilakukan para tabiin yang menjadi murid para sahabat nabi, tabiin makkah kepada sayidina abdullah ibn abbas, tabiin madinah kepada abdullah ibn umar, tabiin syam kepada abu darda, tabiin iraq kepada anas bin malik, mereka mengahabiskan waktu mereka bersama para sahabat, tak jarang diantara mereka dianggap sebagai maula (tangan kanan/pelayan) guru-guru mereka, kebersamaan mereka membuat mereka memahami bagaimana pemahaman yang benar terhadap syariah seperti yang diinginkan nabi muhammad karena mereka mengambil pemahaman itu dari orang yang memahaminya, yaitu murid rasulullah. Sampai akhirmya mereka mendapatkan rekomendasi sahabat untuk mewariskan keilmuan dan pemahaman yang sudah benar terhadap agama ini yang merekw dapat dari suhbah para sahabat.
Nah tradisi ini terus diturunkan, sehingga muncul mazhab-mazhab besar yang namanya dinisbatkan kepada madrasah para pemilik sanad, dan yang bertahan sampai sekarang adalah 4 mazhab fiqh besar yang sanadnya jelas, adapun mazhab zahiri rantai sanadnya terputus sehingga hanya ada buku adapun bagaimana memahaminya tidak ada yang mewarisi, mazhab lainnya malah sama sekali tidak ada buku yang membahas dari bab taharah sampai bab perbudakan masalah fiqh makanya mazhabnya punah, belum lagi bagaimana memahami fatwa yang tidak diwariskan.
Nah pemahaman terhadap islam yang diwariskan, inilah yang dinamai sanad keilmuan, dan seperti inilah pemahaman ilmu islam diwariskan, begitu juga cara mereka mengambil ilmu dari para pendahulunya , kebersamaan dalam waktu yang panjang bersama guru, belajar dari mulut kemulut yang bersambung kepada rasulullah, canda bareng, makan bareng, diskusi bareng, sampai seorang murid dianggap keluarga sendiri dari sang guru, begitulah cara mendapatkan warisan ilmu dari ulama. Nah jika ada pendapat yang kontroversi dan aneh-aneh dan menyalahi 4 mazhab yang pokok, patut kita tanyakan darimana sanad keilmuan kalian?
Jangan heran jika banyak pendapat yang aneh-aneh, dan memahami agama dengan cara yang mengerikan. Kebanyakan karena budaya mendapatkan warisan sanad keilmuan ditinggalkan. Sanad keilmuan inilah yang membuat ulama dijuluki pewaris para nabi, karena mereka adalah yang paling memahami bagaimana nabi memahami risalah ilahi, warisan keilmuan ribuan tahun terus di diwariskan kepada generasi selanjutnya. Apakah itu semua cukup? Tidak!!! Disana ada hal lain yang harus diperhatikan, kita harus mengambil ilmu dari orang yang tidak berbohong ini yang disebut adil. Pinter, punya sanad, adil, apakah cukup? Tidak!! Disyaratkan juga tidak beda sendiri, ini yang dinamakan tidak syaz. Seperti inilah kemurnian agama dijaga.
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi
9 April 2021 pada 11.55 ·