Ijtihad Terbaru?
Kemarin ada ibu jamaah pengajian tanya seusai kajian online.
Mohon maaf ustadz. Perlukah kita mengundurkan jam mulai berpuasa delapan menit lebih lambat?
Lho memangnya kenapa?, tanya saya.
Jadi saya baca di medsos, katanya waktu Shubuh yang ditetapkan pemerintah itu salah. Harus dikoreksi karena kecepetan delapan menit.
Oh gitu ya? Jadi menurut ibu, biar pun sudah adzan Shubuh, kita terus aja makan dan minum sampai delapan menit, gitu?
Iya sih katanya gitu.
Saya jawab begini : Jadi gini ya bu. Puasa Ramadhan itu rukun Islam, jangan sampai kita ceroboh dalam mengerjakannya.
Anggaplah ada dua ijtihad berbeda terkait jadwal mulai puasa. Tapi masak sih kita mau ambil resiko?
Resiko gimana, ustadz?
Saya tahu ada segelintir orang yang berijtihad mengundurkan waktu Shubuh delapan menit dari aslinya.
Seolah ingin menyalahkan bahwa jadwal shubuh yang selama ini digunakan secara resmi dan official oleh 267 juta rakyat Indonesia salah semua.
Padahal jadwal ini sudah kita sudah gunakan jauh sebelum kita merdeka puluhan tahun yang lalu.
Tapi ijtihad terbaru ini lebih benar, pak Ustadz.
Oke lah kita anggap ijtihad terbaru itu benar. Tapi apakah kalau kita masih pakai ijtihad yang lama, lalu puasanya jadi rusak dan batal?
Tentu tidak bukan?
Sekarang biar adil, boleh kah saya balik pertanyaaany? Bagaimana kalau ijtihad terbaru justru salah? Bukankah puasanya jadi batal?
Kalau kita pakai jadwal Shubuh yang original, sudah pasti 100% aman. Kecepatan 8 menit sudah tidak makan dan tidak minum tidak ada masalah sama sekali.
Toh buktinya kita biasa sudah berhenti makan dan minum sepuluh menit sebelum Shubuh. Kita kenal dengan imsak.
Iya juga sih pak Ustadz, begitu ibu itu mengakhiri pertanyannya.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian · 12 April 2021·