Mengapa Hanya Empat Mazhab?
Saya sering kali ditanya orang kenapa jumlah mazhab fiqih yang disebutkan hanya empat. Padahal di dalam banyak kitab disebutkan jumlahnya lebih banyak?
Kalau mau dijumlahkan semua mazhab yang pernah ada tentu banyak sekali. Dalam catatan buku saya ada 13 mahzab. Yang lain menyebutkan ada 18 mazhab. Dan mungkin saja jumlahnya lebih banyak dari itu semua.
Tapi kenapa kita hanya menyebutkan hanya empat saja? Kenapa seolah-olah mazhab lain seperti kita lupakan begitu saja? Bukankah ini jadi tidak adil sekaligus juga tidak jujur?
Sebenarnya bukan masalahnya bukan masalah adil atau tidak adil, juga bukan karena urusan jujur dan tidak jujur. Tapi kita bicara fakta yang nyata saja.
Bukankah jumlah malaikat ciptaan Allah itu ada banyak, lalu kenapa kita hanya menghafal 10 nama malaikat saja? Bukankah jumlah nabi dan rasul itu mencapai 124 ribu orang, lalu kenapa kita hanya menghafal 25 saja?
Bukankah jumlah agama dan kepercayaan di Indonesia itu banyak sekali, lalu mengapa yang disebutkan secara resmi hanya 5 agama saja? Apakah yang lain itu bukan agama?
Tentu ada beberapa pertimbangan. Dan begitu juga jumlah mazhab itu juga banyak, puluhan jumlahnya. Lalu kenapa kita hanya menyebut empat saja? Apakah yang lain itu dianggap bukan mazhab?
Berikut ini adalah dasar pemikiran kenapa kita hanya mengenal dan 'mengakui' hanya sebatas empat mazhab saja.
1. Jumlah Pemeluk
Jumlah pemeluk mazhab itu tentu saja jadi ukuran nomor satu. Suatu mazhab baru akan kita anggap eksis sebagai sebuah mazhab bila jumlah pemeluknya signifikan.
Kalau jumlahnya hanya ratusan ribu, tidak sampai sejuta, atau sekian puluh juga, maka masih belum memenuhi kuota.
Ibarat orang mau bikin partai politik dan biar bisa ikut pemilu harus punya kuota minimal sekian banyak pengurus dan pemilih. Kurang dari batas yang ditentukan, pasti akan terkena trash-hold.
Eksistensi suatu mazhab itu pun juga salah satunya diukur dengan seberapa banyak daya serap masyarakat dalam memeluk dan menjalankan mazhab itu.
Kalau kita coba bikin perbandingannya, keempat mazhab jumlahnya sangat banyak, sehingga bisa dikatakan hampir seluruh umat Islam di dunia itu hanya bermazhab kepada salah satu dari empat itu saja.
Di dunia ini jumlah pemeluk keempat Mazhab itu sangat besar. India itu 1,3 milyar penduduknya, muslimnya 200-anj uta. Pakistan pun 200-an juta. Setidaknya pemeluk mazhab Hanafi itu sudah 400-an juta. Di luar India Pakistan belum kita hitung.
Bangsa Indonesia ini sudah jelas bermazhabSyafi'i, penduduknya yang muslim taroklah 210 juta, sesuai kuota haji. Padahal mazhab Syafi'i ini justru penyebarannya merata, bukan hanya di Asia Tenggara, tapi juga di Timur Tengah sendiri, seperti Mesir, Yaman, Suriah, Iraq dan lainnya.
Doktor Wahbah Az-Zuhaili secara tegas memposisikan Mazhab terbesar dewasa ini yang dipeluk umat manusia adalah Mazhab Syafi'i.
Bandingkan dengan Mazhab Ibadhi yang hanya titik kecil di sebuah negeri secuil, Oman. Penduduk Oman cuma 4 jutaan. Tentu tidak semua bermazhab Ibadhi. Taroklah 10% doang. Jadi kira-kira 400 ribu orang. Itu sih cuma ukuran penduduk sekabupaten di negeri kita.
Tapi kesannya Mazhab Ibadhi ini sekelas dengan Mazhab Hanafi dan Syafi'i. Gara-gara disebutkan ada 8 Mazhab.
2. Identik Dengan Suatu Negeri
Mazhab yang empat itu karena jumlah pemeluknya sedemikian besar, maka sudah bisa dibuatkan peta demograsi dan diaspora di tengah peta dunia Islam.
Misalnya kita sebut India atau Pakistan, maka tidak bisa dilepaskan dari Mazhab Hanafi. Lalu kala kita sebut Indonesia, Malaysia, Brunai, identik dengan Syafi'i. Berikutnya kalau kita sebut Tunis, Maroko, Aljazair makasidah identik penduduknya bermazhab Maliki. Dan begitu juga dengan Saudi Arabia yang identik dengan mazhab Hambali.
Sementara mazhab lainnya itu kalau pun disebut-sebut masih ada, namun keberadaan mereka itu tetap sedikit, kecil dan minoritas. Jauh dari jumlah yang bisa diidentikkan dengan sebuah negara.
3. Kitab dan Literatur
Pertimbangan ketersediaan kitab dan literatur adalah fakta yang paling sulit dipungkiri. Eksistensi suatu mazhab fiqih sangat mudah diukur lewat seberapa banyak jumlah karya para ulama mereka.
Dan yang lebih penting lagi adalah seberapa banyak kitab rujukan mazhab itu beredar di tengah masyarakat.
Saya pribadi di rumah mengoleksi kitab fiqih dari empat mazhab. Yang paling banyak tentu kitab mazhab Syafi'i, karena saya tinggal di Indonesia yang nota bene masyarakatnya bermazhab Syafi'i.
Kitab fiqih mazhab yang lain saya punya, namun jumlahnya agak terbatas, karena tidak saya temukan dijual di tokok kitab di negeri kita.
Jadi saya beli langsung di Mesir atau Saudi, atau pun saya titip teman atau siapapun untuk tolong dipaketkan ke Indonesia.
Sedangkan ketika mencari kitab di luar empat mazhab itu, sebutlah misalnya kitab fiqih mazhab Ja'fari, Ibadhi, Zhahiri dan Zaidi, susah sekali menemukannya.
Kalau pun ada dan ketemu, jumlahnya ternyata hanya satu dua biji saja. Dan itu pun hasil ngeprint pdf alias bajakan. Ini lagi-lagi membuktikan selain empat mazhab itu sangat tidak populer. Cuma ada dalam catatan sejarah, tapi wujud fisik secara nyata memang tidak ada.
4. Lembaga Pengajaran
Salah satu tolok ukur eksistensi keberadaan suatu mazhab di suatu negeri juga diukur dari adanya lembaga khusus yang mengajarkan mazhab itu.
Harus ada madrasah, majelis taklim, pesantren, kampus, atau pun juga kajian-kajian yang menggelar ilmu fiqih berdasarkan mazhab itu di suatu negara. Dimana masyarakat umum bisa ikut dan punya akses untuk mengikutinya.
5. Tokoh Ulama
Dan tentunya yang jadi nara sumber untuk mengajar di lembaga-lembaga pengajaran itu memang para ulama yang bermazhab tersebut, serta hasil didikan langsung dari para guru dan masyaikhnya di dalam mazhab tersebut.
Bukan sekedar didiskusikan atau dikritisi oleh mereka yang bukan bermazhab tersebut. Maka kampus tempat saya kuliah S1 LIPIA itu tidak masuk hitungan. Karena meski kita bicara fiqih empat mazhab, namun isinya bukan lembaga tempat pengajaran isi dari mazhab itu.
KESIMPULAN
1. Dari poin-poin penting di atas, maka menjadi jelas kenapa kita hanya menyebut empat mazhab saja, dan tidak menyubutkan mazhab-mazhab lainnya.
Kalau diibaratkan team sepakbola, maka empat mazhab itu anggaplah club bola profesional kelas dunia. Misalnya di Inggris ada Manchester United, Manchester City, Ntingham Forest. Tersu dinegara lain ada Bayern Munich, Real Madrid, dan seterusnya.
2. Jangan lah tiba-tiba kita menyebut PSS Sleman (Perserikatan Sepakbola Sleman) yang berbasis di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Bukan levelnya dan kayak gitu menunjukkan tingkat keawaman kita dalam dunia sepak-bola. Ketahuan nggak ngerti. Dan itu namanya njomplang . . .
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian · 24 Maret 2021·