Melihat Foto Biasa Kok Syahwat?

Melihat Foto Biasa Kok Syahwat? - Kajian Islam Tarakan

MELIHAT FOTO BIASA KOK SYAHWAT?

Dari judulnya dapat diketahui bahwa tulisan kali ini agak vulgar sebab temanya adalah syahwat. Meski demikian, ini penting dibahas agar masalah syahwat menjadi jelas. Dalam tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Membincang Hukum Mengupload Foto Di Medsos", telah disebutkan bahwa ulama berbeda pendapat soal batasan kondisi yang disebut syahwat, sebegai berikut:

1. Terjadinya ereksi bila sebelumnya tidak ereksi atau bertambahnya ereksi bila sebelumnya sudah ereksi. Jadi misalnya sebelum melihat foto tertentu anda tidak ereksi kemudian berubah menjadi ereksi tatkala melihatnya, maka artinya anda syahwat. Bila anda sedang ereksi di pagi hari yang terjadi dengan sendirinya, ternyata setelah melihat foto malah bertambah ereksi, maka itu juga syahwat. Kalau belum ereksi, artinya anda belum syahwat. Ini pendapat Imam as-Sarakhsi dan yang sepakat dengannya. 

2. Timbulnya nafsu birahi dalam hati ingin melakukan aktivitas seksual. Kadang, dorongan seksual tak selalu ditandai dengan ereksi. Banyak organ kelelakian yang "slow respons"  meskipun pikirannya sudah ngeres habis. Itulah kenapa dibutuhkan "pemanasan" semisal sentuhan agar terjadi ereksi. Kalau cuma melihat saja, banyak lelaki sulit ereksi, apalagi hanya melihat foto. Karena itu, banyak ulama tak menjadikan ereksi sebagai patokan ada tidaknya syahwat. Ereksi sudah pasti syahwat tetapi belum ereksi bukan berarti belum syahwat. Jadi misalnya anda melihat foto tertentu lalu jadi ingin ngesex sambil membayang-bayangkan orang yang difoto, maka berarti anda sudah syahwat meskipun organ kelelakian anda belum bangun. Ini adalah pendapat banyak ulama lainnya. 

Ukuran syahwat menurut pendapat pertama jelas dan terukur. Sedangkan ukurannya tidak begitu jelas dalam pendapat kedua karena terjadinya dalam hati. Dalam istilah ushul, pendapat pertama lebih mundlabit dan semestinya lebih aplikatif. Namun, terserah pendapat mana pun yang dipakai, normalnya seorang lelaki tidak akan syahwat kelika melihat foto wanita yang biasa-biasa saja. Jangankan melihat foto yang sopan menutup aurat, melihat foto yang membuka sedikit aurat pun, seperti rambut, leher, betis dan lengan, normalnya tidak akan syahwat. Jangankan hanya melihat fotonya, melihat wanita yang asli di dunia nyata yang tidak berjilbab pun normalnya tidak terjadi syahwat selama tampilannya masih dalam kategori wajar. 

Bila ada lelaki yang mudah ereksi atau setidaknya langsung ingin ngesex ketika melihat foto wanita yang sopan dan tidak membuka aurat, maka ini kelainan mental namanya. Melihat iklan dan berita di tv langsung terangsang, pergi ke pasar ketemu emak-emak belanja langsung terangsang, berpapasan dengan wanita di jalan langsung terangsang ingin ngesex, pokoknya begitu melihat lawan jenis langsung kepikiran sex, maka ini namanya maniak sex alias hipersex. Pikirannya sex melulu karena ada kelainan di otaknya. Ada berapa laki-laki maniak sex seperti ini? Sepertinya sangat sedikit sebab ini kelainan mental, bukan hal yang lumrah terjadi. 

Jadi, orang-orang yang mengharamkan upload foto secara mutlak, termasuk foto sopan dan tidak membuka aurat, dengan alasan khawatir menimbulkan syahwat bagi yang melihat, bagi saya dia sedang mengalami kelainan mental. Dia tidak hidup di dunia nyata di mana lelaki normal tidak melulu memikirkan sex atau semudah itu syahwat. Dia membuat dunia khayalan di mana semua lelaki menjadi maniak sex semua. Bisa jadi justru dia sendiri yang hipersex lalu menyangka semua orang sepertinya. Kalau anda lelaki tentu paham maksud saya. Kalau anda wanita, coba tanya saudara lelaki atau ayah anda apakah birahinya muncul ketika anda sodorkan foto Syarifah Najwa Shihab yang sedang membaca berita misalnya. Meskipun Najwa Shihab tidak berjilbab, tapi saya yakin yang ditanya akan merasa aneh dengan pertanyaan seperti itu dan sedikit merasa dituduh maniak sex. Apalagi kalau sekedar foto wajar yang sopan dan menutup aurat semisal foto dokumentasi kegiatan, foto bareng keluarga, foto makan-makan dan sebagainya yang wajar terjadi.

Makin aneh lagi, ketika pikiran aneh seolah hidup di dunia khayalan serba hipersex tersebut lantas dibungkus dengan kata "tasawuf". Duuh... tasawuf macam apa yang berbasis suudzon akut dan khayalan semacam itu? Bilangnya pakai standar tasawuf, tapi masih suka medsosan, punya akun IG, Facebook, Twitter dan sering buka browser yang pasti iklannya tak terkontrol, redaksinya juga santai ketika melihat foto lawan jenis yang muncul di berbagai media itu tetiba secara ajaib berfatwa haram mengupload foto apa pun meski berjilbab sebab membangkitkan syahwat. Kalau konsisten, seharusnya dia uninstall semua media yang penuh foto "haram" itu. 

By the way, istri saya pernah ikut sebuah event pengajian di mana pematerinya mengharamkan segala jenis foto apa pun di media sosial tetapi materi slide dan materi cetak yang diberikan pada peserta dipenuhi foto-foto lelaki tampan dan perempuan cantik dari media sosial sebagai ornamen yang memperindah presentasinya. Sudah gitu menyarankan agar nonton pengajian di youtube pula. Saya langsung ketawa mendengarnya dan berpikir kok ada orang semacam itu. 

Saya tidak sedang mengendorse agar para wanita giat memamerkan foto-fotonya di medsos, sama sekali tidak. Saya hanya ingin kita berpikir lurus dan tidak aneh-aneh sehingga tidak muncul fatwa yang berbasis pikiran aneh-aneh pula. Kalau sebuah foto sifatnya memang mengundang syahwat semisal foto porno misalnya, maka wajar bila dihukumi haram dengan alasan menimbulkan syahwat. Tapi kalau foto wajar sewajar foto ijazah, maka jangan disama-samakan disamakan dengan foto porno dengan alasan yang dibuat-buat. Tak perlu juga berkata: "Ah anda kan tidak tahu pikiran orang, siapa tahu ada yang syahwat", sebab perkataan lebay semacam ini hanya muncul dari tuduhan dan suudzon yang berlebihan pada lelaki di dunia normal. Ingat, kita hidup di dunia normal bukan dunia khayalan di mana isinya orang hipersex semua.

Kalau mau pakai ukuran ideal yang paling baik, maka yang paling baik bukan tidak upload foto tetapi tidak pakai medsos. Ngaji buka al-Qur'an, bukan buka medsos. Itu yang paling baik. Cuma ya itu, mengucap "lebih baik" jangan lompat pagar jadi mengharamkan yang tidak lebih baik. 

Salam waras.

Sumber FB : Abdul Wahab Ahmad

Kajian  · 6 Maret 2021 pada 06.26  · 

©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Melihat Foto Biasa Kok Syahwat?". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait