Ini adalah akibat adanya berbagai zat penting yang terkandung dalam bubuk cokelat (berasal dari kakao solid). Kandungan bubuk cokelat antara lain adalah zat yang lazim disebut sebagai phenyl-ethyl-amine (PEA).
Zat ini berkemampuan meningkatkan penyerapan tryptophan oleh otak, yang pada gilirannya akan meningkatkan kadar 5-hydroxy-tryptamine dalam jaringan otak.
Zat yang terakhir ini akan segera membentuk dopamine, yakni suatu zat yang dapat memberi perasa nikmat (semacam kecanduan). PEA juga dapat bersifat sebagai aprodisiak, yakni mampu meningkatkan rangsangan seks (libido), baik pada laki-laki maupun perempuan.
Oleh sebab itu, pada zaman dulu para raja Aztez (cokelat mula-mula memang berasal dari Amerika Selatan) selalu meminum semangkuk cokelat sebelum berhubungan seksual dengan istri-istri mereka.
PEA ini juga yang sering menimbulkan gejala craving (gejala ketagihan) pada cokelat yang terjadi pada sementara orang (terutama pada para ibu-ibu saat menstruasi).
Cokelat juga mengandung sekelompok zat yang lazim disebut nacyl-ethanol-amine (NEA). Zat ini dapat bereaksi pada receptor cannabinoid di pusat saraf, yaitu sejenis reseptor pada sel-sel saraf, yang dapat memberi efek seperti rangsangan obat psikotropika. Oleh sebab itu, cokelat kadang-kadang dapat menimbulkan kesan fly bagi mereka yang mengkonsumsinya. @
Sumber : KOMPAS.com (12 November 2009)
#Kesehatan