WALI NIKAH ANAK ZINA
اَلْوَلِيُّ أَحَدُ أَرْكَانِ النِّكَاحِ فَلَا يَصِحُّ إِلَّا بِوَلِيٍّ
“Wali adalah salah satu rukun nikah, maka nikah tidak sah tanpa wali.” Kifayatul-Akhyar fi Halli Ghayatil-Ikhtishar (II/40)
وَاتَّفَقَ الْجُمْهُورُ عَلَى أَنَّ أَوْلَادَ الزِّنَا لَا يُلْحَقُونَ بِآبَائِهِمْ إِلَّا فِي الْجَاهِلِيَّةِ عَلَى مَا رُوِيَ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَلَى اخْتِلَافٍ فِي ذَلِكَ بَيْنَ الصَّحَابَةِ
“Mayoritas ulama sepakat bahwa anak zina tidak di-ilhaq-kan (dinasabkan) kepada bapak mereka kecuali anak-anak yang lahir pada masa Jahiliyah sebagaimana yang diriwayatkan dari sayyidina Umar bin al-Khaththab, dan dalam hal ini terjadi perbedaan di antara shahabat.” Bidayatul-Mujtahid wa Nihayatul-Maqashid (II/358)
اَلسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ
“Sulthan (penguasa) adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali.” (H.R. Ahmad)
#Sidogiri #NgajiFikih
Sumber FB : Pondok Pesantren Sidogiri - المعهد سيداقري السلفى
https://www.facebook.com/Sidogiri