Penolakan Mereka Hakikatnya BUKAN Faktor Dalil dan Ulama Salaf
Mereka berkilah "Maulid ini tidak dilakukan oleh Nabi, tidak ada di masa Sahabat dan Tabiin".
Saya tegaskan ini hanya sebuah cara bagi mereka yang tidak senang dengan Amaliah Aswaja. Apa buktinya? Buktinya Nisfu syaban diamalkan di generasi Salaf, yakni Tabiin dan mereka tidak mau mengamalkan. Jadi andaikan di masa Tabiin ada Maulid Nabi dan mereka tidak sependapat tentu tidak akan diterima.
Di masa Sayidina Umar Tarawih 20 rakaat, di masa Sayidina Utsman azan Jumat 2x, para sahabat banyak yang ngaji di kuburan:
وَذَكَرَ الْخَلَّالُ عَنِ الشُّعْبِي قَالَ كَانَتِ الْأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ المَيِّتُ اخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ
Al-Khallal menyebutkan dari Syu’bi bahwa jika ada diantara sahabat Ansor yang wafat, maka mereka bergantian ke makamnya, membaca al-Quran di dekatnya” (Ibnu Qayyim, ar-Ruh 1/11)
Karena mereka tidak cocok dengan Mazhabnya maka kesemuanya ditolak meskipun sudah ada sejak zaman Sahabat. Andaikata Maulid ada yang melakukan dari Sahabat tetap akan ditolak.
Bagaimana dengan Nabi? Sama tetap akan ditolak. Nabi pernah mengajarkan Tawassul, hadisnya Sahih tak terbantahkan. Tapi mereka tidak melakukannya dengan berbagai cara dalam menolaknya. Sekali lagi karena tidak sesuai dengan Mazhab mereka.
Intinya mereka ikut Syekh dan ustaz mereka, bukan ikut ulama Salaf.
• Saya terkejut ketika Lora M Nashih Abdullah menyuruh hadir ke acara alumni Salafiyah Bangil, yang ternyata dihadiri para keluarga pendiri Pondok. Alhamdulillah meskipun waktu terbatas tapi bisa menjelaskan banyak dalil Amaliah dari masing-masing contoh di atas.
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin
12 Oktober 2022 pada 16.42 ·