Spirit Al-Aziz: Teguh Memegang Kebenaran

Spirit Al-Aziz: Teguh Memegang Kebenaran - Kajian Islam Tarakan

Spirit Al-Aziz: Teguh Memegang Kebenaran

Alkisah, di kalangan Bani Israil ada seorang shiddiq yang tekun beribadah. Dia tinggal sendirian di biaranya. Raja kerap mendatanginya pada pagi atau sore hari.

Raja berkata, "Apa yang kau butuhkan?"

"Allah lebih mengetahui kebutuhanku”, jawabnya.

Allah menumbuhkan tanaman anggur yang berbuah setiap hari di atas biaranya. Jika haus, dia tinggal mengulurkan tangan dan keluarlah air yang bisa langsung diminum

Suatu ketika datanglah seorang wanita cantik ke tempat itu. Saat matahari hampir tenggelam, wanita itu memanggilnya, "Wahai hamba Allah!"

"Ya," sahutnya

"Apakah Tuhan melihatmu?" tanya si wanita.

Sang abid menjawab, "Dialah Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa. Mahahidup, Maha Berdiri sendiri, Maha Mengetahui isi hati, dan Maha Membangkitkan manusia dari kubur.”

"Negeriku masih jauh," ujar si wanita.

Wanita ini pun meminta izin untuk ikut "menumpang" di biaranya sang 'abid.

Dengan ragu, akhirnya sang abid mengizinkan si wanita masuk Namun, apa yang terjadi? Tampaknya, si wanita hanya ingin menggoda dan menjerumuskan sang abid Tidak lama setelah memasuki biara, dia justru berusaha menggoda tuan rumah, sampai-sampai dia berani melepaskan seluruh pakaiannya.

Melihat itu, sang abid menutup mata seraya berkata, "Celakalah kamu, tutuplah dirimu!"

Namun, wanita itu semakin berani. Dia berkata, "Bagaimana jika engkau bersenang-senang denganku malam ini?" Abid ini lalu bertanya kepada nafsunya, "Wahai nafsu, bagaimana menurutmu?"

"Ya, aku ingin bersenang-senang dengannya," jawabnya. 

"Celakalah kamu wahai nafsu. Apakah kamu menginginkan pakaian dari api neraka? Apakah kamu ingin menghanguskan ibadahmu selama ini? Ketahuilah, pezina akan masuk neraka. Wajahnya akan ditelungkupkan di dalam bara api Neraka adalah api yang tiada akan padam siksanya tiada akan berakhir. Aku khawatir Allah akan murka kepadamu dan tidak pernah lagi ridha untuk selamanya."

Saat itu, di dalam diri sang abid terjadi pertentangan antara nafsu dan keimanan Sang nafsu kemudian ditantang, "Baiklah, akan kuberi kamu api yang kecil. Jika kamu sabar menghadapinya, aku akan mengajakmu bersenang senang dengan wanita itu malam ini."

Dia kemudian mengisi lentera dengan minyak dan menyulut sumbunya Si wanita terus memperhatikan apa yang dilakukan sang abid. Orang saleh ini kemudian meletakkan tangannya di atas api yang menyala pada sumbu. Dia berseru, "Bakarlah!"

Api pun segera membakar tangan dan jemarinya.

Melihat hal ini, si wanita berteriak histeris. Dia tidak sanggup melihat luka bakar yang menganga pada tangan si abid Hasratnya untuk bermaksiat pun hilang sirna Demikian pula, sang abid. Dia terselamatkan dari bujuk rayu setan dan gejolak nafsu. (Dikutip dari Air Mata Cinta Pembersih Doa, Ibnul Jauzi, hlm. 215-6)

Seperti itulah saudaraku, memegang kebenaran itu bagai memegang bara api, dipegang terus tangan hangus terbakar, jika dilepaskan seluruh badan yang akan terbakar. 

Pilihan pertama jauh lebih bijaksana daripada pilihan kedua. Awalnya memang sakit, tetapi akhirnya penuh kenikmatan, walau mempraktikkannya tidak semudah mengatakannya. Karena sulit itulah, Allah Ta'ala akan memberi ganti dengan yang jauh lebih baik bagi siapapun yang mengorbankan kenikmatan hidupnya karena mengharap ridha Allah

Ada teladan luar biasa dari ahli ibadah ini. Dia memiliki izzah dan keterpeliharaan sebagai seorang Muslim. Ingatan yang kuat terhadap kenikmatan dan siksa Allah di akhirat kelak, mampu mengendalikan dirinya dari berlaku maksiat. Dia memilih terbakar di dunia daripada terbakar di akhirat. Dia lebih memilih bidadari surga daripada mengikuti ajakan berzina dari seorang wanita cantik. Inilah sebentuk kebijaksanaan dan keperkasaan mental. Dia menolak kenikmatan yang kecil untuk mendapatkan kenikmatan yang besar. Memilih sakit yang ringan di dunia untuk menghindari siksa yang berat di akhirat.

Utsman bin Affan ra mengungkapkan "Tanda-tanda orang bijaksana ada lima, yaitu: hatinya selalu berniat suci, lidahnya yang selalu basah dengan zikrullah, kedua matanya senantiasa menangis karena penyesalan (terhadap dosa), segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah, dan mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia"

Kemuliaan seorang itu tidak terletak pada kekayaan, keturunan, atau kedudukan sosialnya Kemuliaan terletak pada sejauh mana kualitas hubungannya dengan Allah Ta'ala. Siapa yang menghendaki kemuliaan, hendaklah dia menghubungkan diri dengan Allah Ta'ala dan tidak mengandalkan manusia untuk meraihnya. Sebab, siapapun yang lebih menggantungkan harapannya kepada selain Allah, niscaya dia akan dihinakan dengan sesuatu yang digantunginya tersebut.

sumber : Buku Asmaul Husna Untuk Hidup Penuh Makna

Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar 

Kajian Islam· 13 Maret 2021 pada 09.00  · 

©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Spirit Al-Aziz: Teguh Memegang Kebenaran". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait