Muhasabah

Muhasabah

Ke depan nantinya muhasabah itu tidak perlu drama Korea nangis-nangis meratapi dosa. Tidk perlu matikan lampu sambil putar alunan musik lembut. Tidak perlu ungkapan-ungkapan yang dibikin merintih miris dan menangis.

Sudah kuno dan nggak ngefek juga sih. Malam hari sih keren, mabit qiyamullail sambil nangis-nangis, tapi besoknya tidak ada follow-up yang jelas. 

Karena konsepnya sangat drama korea. 

Muhasabah itu kan artinya menghitung-hitung. Hitung apa? Kalau hitung dosa sih umum banget. Semua juga punya dosa. 

Tapi hitung dosa itu kudu yang spesifik dong. Dosa apa? Dan yang lebih penting justru langkah-langkah tegas untuk menanggung  konsekuensinya. 

Contoh gampang nih ya. Berapa banyak hutang  puasa? Terhitung sejak mulai baligh hingga hari ini?

Termasuk yang sudah adzan Shubuh masih makan terus gara-gara terpapar virus jahat. Termasuk yang belum Maghrib sudah ngeduluin makan. 

Termasuk yang dulu-dulu, waktu SMP SMA, kadang minum air kolam, atau kumur tiga kali keluarnya cuma dua. Sudah baligh itu hitungannya, tapi masih suka curi-curi yang bikin batal puasa. 

Nah coba deh diingat-ingat. Coba tetapkan berapa hari yang sudah rusak dari puasa kita dan belum kita ganti. 

Ini penting sekali untuk dimuhasabahi. Sebab jangan sampai di akhirat nanti kita kebakaran jenggot gara-gara puasa kita banyak yang tidak sah. Dan kita merasa sudah sah padahal tidak sah. 

Selesai urusan puasa, giliran muhasabah shalat 5 waktu. Cek lagi dan cek lagi. Berapa banyak shalat yang tidak dikerjakan, alias yang bolong-bolong. 

Ingat-ingat waktu SMP SMA lagi bandel-bandelnya dulu. Berapa shalat fardhu yang terlewat? 

Jangan husnuzhan dulu bahwa malaikat tidak mencatat. Jangan salah duga kalau semua itu tidak ada hisabnya. Justru hisab shalat 5 waktu malah duluan. 

Kalau nggak beres urusan absen shalat 5 waktu, nah itu alamat bahwa akan jeblok juga di amal-amal yang lain. 

Ada beberapa langkah kongkrit : 

1. Tentukan berapa jumlah hutang shalat dan puasa.

2. Bikin program pembayarannya dengan cicilan. Pastikan lunas semuanya pada waktunya.

3. Tetap disiplin bayar hutang dengan rajin. Usahakan jangan mati dulu sebelum lunas semua hutang. Kemana-mana kudu jaga prokes. Kalau hutang sudah lunas semua, mau mati duluan sih bisa aja. Tapi yakin mau duluan?

4. Tahu hutang sudah banyak, makanya jangan rajin-rajin bikin hutang baru. Semua ibadah yang wajib mulai hari ini jangan sampai ada yang ditinggalkan. 

5. Hasil muhasabah bukan mata bengkak gara-gara nangis, tapi rutin nyicil hutang shalat dan puasa.

6. Banyak hutang itu nyicil, bukan nangis

Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat

24 April 2021

©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Muhasabah". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait