Tidak Risau dengan Rezeki
Buah dari Mengenal Ar-Razzaq
Di dalam Al-Quran, Allah berfirman, "Berapa banyak binatang yang (tidak) sanggup membawa rezekinya sendiri. Allahlah rezekinya, juga kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Ankabût, 29:60) yang memberi
Saudaraku, ada manusia yang setiap hari mencurahkan tenaga dan pikiran untuk mencari rezeki. Namun, ada juga manusia yang begitu yakin dengan jaminan dari Allah akan rezekinya. Sementara itu, orang yang paling beruntung adalah orang yang berikhtiar secara lahir, lalu disempurnakan dengan tawakal kepada Allah . Inilah yang kemudian membuatnya menuai jaminan dari Allah di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian, kita selayaknya berbahagia saat berikhtiar. Sebab, ada juga orang yang sibuk ikhtiar tapi tidak bahagia. Penyebabnya karena orang ini bergantung hanya kepada ikhtiarnya. Dia begitu yakin bahwa hanya dengan ikhtiarnyalah keberuntungan bisa diraih. Padahal, ikhtiar itu bukan untuk kita gantungi. Ikhtiar itu adalah amal saleh Kita diperintah untuk ikhtiar adalah agar kita mempunyai amal.
Seluruh makhluk pun pada dasarnya sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Hal yang tidak Dia jamin adalah ganjaran. Ganjaran atau pahala harus kita cari, sedangkan rezeki sudah menjadi jaminan-Nya. Oleh karena itu, Ibnu Atha'illah mengatakan, "Jangan risaukan apa yang sudah dijanjikan Allah kepada kita, tapi risaukanlah kalau kita lalai terhadap kewajiban-kewajiban yang dibebankan terhadap kita."
Maka, kalau kita kemudian masih merasa resah dan gelisah dalam hidup ini jangan-jangan itu ciri kita masih bergantung kepada ikhtiar. Padahal, jika kita ingin bahagia dalam mencari nafkah atau rezeki sempurnakanlah ikhtiar sambil bergantung hanya kepada Allah (tawakal)
Allah Mahatahu kebutuhan kita. Maka, berbahagialah orang yang tidak pernah bergantung kepada amal ikhtiarnya. Tubuh bersimbah peluh berkuah keringat, tapi hati seratus persen hanya bergantung kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’la.
Ketika Allah memerintahkan kita untuk beribadah. Dia pasti memberi kita sarana dan prasarana penunjang sehingga ibadah itu bisa terlaksana Ketika Allah memerintahkan kita untuk shalat dan shalat itu harus menutupi aurat, Allah pasti memberi kita rezeki agar kita bisa menutup aurat. Allah memerintahkan kita untuk bersedekah, lalu bagaimana mungkin kita bisa sedekah kalau kita tidak dicukupkan rezeki oleh Allah, sementara yang Allah Maha Pemberi rezeki. Kita pasti diberi makan, karena bagaimana mungkin kita bisa menolong orang bagaimana kita bisa ibadah, kalau kita tidak memiliki energi. Jadi, andai saja kita tabu kewajiban kita dan kita tunaikan dengan baik. Allah pasti tidak akan menyia-nyiakannya.
Sumber: Buku Asmaul Husna Agar Hidup Lebih Bermakna
Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar
Kajian · 25 Februari pada 18.00 ·