Kyai Pesantren dan Kyai Masyarakat

Kyai Pesantren dan Kyai Masyarakat - Kajian Islam Tarakan

"Kyai Pesantren dan Kyai Masyarakat Menurut Saya"

Wadhifah (tugas) utama kyai pesantren adalah mendidik santrinya mampu memahami dan mendalami ilmu syariat dengan sistem pengajaran yang tepat atau paling tidak bisa menggugurkan kewajiban belajar fardhu 'ain-nya santri. Karena secara lisanul hal, itulah amanah wali santri saat menitipkan anaknya kepada kyai atau pesantren. Oleh sebab itu, kyai atau pesantren "harus" betul-betul memiliki perencanaan pendidikan yang matang dan tepat guna menggugurkan kewajiban tersebut. 

Idealnya kyai pesantren "harus" mampu memetakan minat belajar santri antara yang kuat lama dan yang hanya sebentar (bisa saja faktor tidak kerasan atau ekonomi). Maksudnya, selain program pendidikan dasar pesantren yang wajib, kyai juga memiliki program pendidikan tambahan alternatif, yaitu pendidikan yang apabila mereka boyong atau keluar pondok sewaktu-waktu kewajiban belajar fardhu 'ain-nya sudah gugur atau tercukupi. 

Terkadang (tidak semua tentunya) pesantren pada tahun pertama dan kedua lebih banyak konsentrasi mengajarkan kitab-kitab dasar nahwu dan shorof serta pendalamannya. Apabila pesantren tidak memprogramkan pendidikan dasar fikih 'ubudiyah dan fikih-fikih dasar kemasyarakatan diluar program wajibnya, dikhawatirkan santri yang kuat mondok satu atau dua tahun, saat pulang sama sekali tidak faham bab-bab dasar fikih. Bahkan cara membersihkan najis saja tak faham.  

Sementara wadhifah kyai masyarakat adalah mengenalkan agama kepada masyarakatnya, mengajak ibadah yang benar dan ta'at kepada aturan Allah serta menjauhi larangan-Nya, mengajarkan akhlak yang baik, baik akhlak batin maupun akhlak zhahir. Tidak perlu kyai menjelaskan masalah-masalah khilafiyyah dihadapan masyarakat awam, kecuali sangat dibutuhkan. 

Saya sendiri, saat dakwah kepada masyarakat awam (bukan yang bersifat kajian ilmu), tidak pernah atau jarang sekali menyinggung istilah jlimet ditelinga awam seperti istilah bid'ah hasanah atau istilah-istilah asing lain. Cukup dijelaskan mana yang haq dan mana yang batil (mencakup bid'ah dholalah tanpa harus tahu istilahnya) dan mana wajib dan mana yang haram, sehingga masyarakat tidak diajak pusing memikirkan istilah-istilah yang tidak terlalu subtantif. Paling tidak ini menurut saya dan orang lain boleh berbeda. 

Yang berat bagi kyai masyarakat adalah dia harus siap dicaci maki dan dirasani, bahkan mungkin dimusuhi. Tetapi tentu saja semua kyai dan da'i memiliki ujian masing-masing. Dan itu sudah sunnatullah. 

Allah pun menakdirkan watak, karekter, dan prinsip dakwah kyai yang berbeda-beda. Ada dari mereka yang minatnya hanya ngajar di pesantren dan kurang mau dakwah keluar. Ada yang kurang teleten ngurus santri, tapi manfaat sekali dakwah ke-masyarakatan-nya. Ada juga kyai yang mampu dua-duanya. Ada juga kyai yang manfaat dan sukses dakwahnya di dunia maya. Bahkan ada juga kyai yang dakwahnya justru mudah diterima anak-anak punk, anak jalanan, penikmat dunia malam dan lain-lain. Menurut saya, tidaklah perlu kita menghakimi prinsip kyai atau membanding-bandingkan cara dakwah kyai satu dengan kyai lain. Mereka punya prinsip dan cara dakwah atau nasyrul ilmi yang berbeda-beda. Asal semua karena Allah, tentu syurga yang didapatkan. Insya Allah.

Sumber FB : Hidayat Nur

Kajian · 10 Maret 2021· 

©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Kyai Pesantren dan Kyai Masyarakat". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait