بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله سيدنا محمد بن عبد الله وعلى آله وصحبه ومن تبعه إلى يوم القيامة
BISAKAH BERAMAL BAIK ATAU MENINGGALKAN YANG HARAM TAPI TIDAK BERPAHALA BAHKAN BERUJUNG DOSA? *)
Sebagai mukallaf, manusia diharuskan beribadah, dan dalam beribadah itu terdiri dari dua unsur, yaitu melaksanakan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya.
Manakala seseorang telah mampu melaksanakan kedua hal itu maka ia telah mencapai derajat "muttaqiin", orang-orang yang takwa. Sehingga urusan dalam beragama tidak lepas dari melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan siapa yang mampu memenuhi dua hal tersebut maka ia adalah seorang yang hidup dalam hidayah Allah dan taufiq-Nya, petunjuk dan pertolongan-Nya.
Dengan demikian antara hidayah Allah dengan perbuatan taqwa adalah berbanding lurus. Dan ketakwaan merupakan kesempurnaan dari ibadah kepada Allah. Dan di antara petunjuk yang diberikan Allah kepada orang yang bertakwa adalah al Qur'an, sebagaimana tertulis dalam Q.S. Al Baqarah [2]: 2.
Firman Allah:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ ۙ
Makna:
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,"
(Q.S. al-Baqarah [2] : 2)
Imam al Ghazali menjelaskan dalam kitabnya:
بداية الهداية [هامش شرح مراقى العبودية للشيخ محمد نووي البنتني الجاوي] ص ٨ :
فإن قلت فما بداية الهداية لأجرب بها نفسي، فاعلم أن بدايتها ظاهرة التقوى ونهايتها باطنة التقوى فلا عاقبة إلا بالتقوى ولا هداية إلا للمتقين...
Makna:
"Jika anda bertanya, apa yang merupakan permulaan hidayah agar bisa memeriksa nafsu dalam diriku? Maka ketahuilah bahwasanya permulaan hidayah adalah dzahirnya takwa dan ujungnya hidayah adalah batinnya takwa, maka tidak ada akibat yang baik (surga) kecuali dengan takwa, dan tidak ada hidayah kecuali kepada muttaqin..." [al Bidaayah al Hidaayah]
Sahabatku, sesuatu yang diperintahkan Allah itu terbagi menjadi dua, yaitu sesuatu yang fardhu (wajib) dan yang sunnah. Perkara yang wajib mesti dilakukan tanpa ampun sementara yang sunnah merupakan bentuk ubudiyyah yang ikhtiyari, boleh dilakukan dan kalau pun ditinggalkan tidak apa-apa hanya saja melakukan hal-hal sunnah dapat meninggikan derajat ketakwaan kita kepada Allah.
Perkara yang dilarang Allah juga terbagi kepada dua, yaitu yang dilarang tanpa ampun kemudian disebut haram, dan sesuatu yang secara Fiqih dianjurkan untuk ditinggalkan, dan kemudian disebut makruh.
Dan ada satu hukum lagi yang berhukum mubah, seorang mukallaf diberi keleluasaan untuk dilakukan atau pun ditinggalkan, sebagian besar adalah masalah mu'amalah dan perkara yang duniawi yang didefinisikan sebagai yang tidak berpahala saat melakukannya atau meninggalkannya. Akan tetapi semua hal mubah sebenarnya bisa berdampak pada pahala atau siksa jika dikaitkan dengan niat seorang mukallaf dan benar atau tidaknya dalam melakukannya. Contoh kecil "jual beli", dalam hukum dikategorikan mubah, akan tetapi bila tidak memenuhi tatacara sesuai aturan syari'at bisa menjadi sebab mendapatkan siksa, jadi jangan pernah merasa bahwa hal mubah itu tidak berdampak pada keselamatan di akhirat karena jika niatnya buruk dan tata caranya bertentangan dengan syari'at maka tetap ada ancaman di belakang.
Maka, ketika berbicara hukum mubah tidaklah cukup dengan memahami definisi sekilas sehingga kemudian berkata, "Semua ini kan mubah maka terserah aku saja melakukannya."
Mengapa demikian? Karena selain adanya hukum taklifi yang lima, yaitu: wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram sebenarnya tinjauannya harus lebih mendalam, apakah hal ini halal atau haram? Halal adalah perbuatan yang diperbolehkan oleh syara', dan jika diurai dari hukum yang lima, sesuatu yang halal itu bertalian dengan empat hukum, yaitu: wajib, sunnah, mubah, dan makruh. Walaupun demikian sikap seseorang terhadap sesuatu yang makruh terbagi menjadi beberapa macam: ada yang tetap melakukannya, ada yang berusaha meninggalkannya apalagi makruh tahrim, dan ada yang benar-benar meninggalkannya karena banyak di antara hal-hal makruh dikelompokkan sebagai dosa kecil dalam pandangan para ulama tashawuf. Dan banyak di antara para shufi yang mengharamkan atas dirinya melakukan sesuatu yang makruh karena dalam pandangannya masalah makruh itu bisa mengurangi nilai pahala, walaupun secara fikih hanya sebuah kemakruhan saja.
Sementara yang haram, baik haram yang merupakan padanan dalam hukum yang lima, atau sebagai lawan dari halal maka seorang yang bertakwa akan berusaha menjauhinya. Karena apabila dikerjakan maka resikonya adalah dosa, dan bahkan banyak yang dikategorikan dosa besar dan dalam beberapa hukum, sesuatu yang haram ini mesti ditindak dengan "had" pada beberapa perbuatan.
Hukum haram tidak melulu pada perbuatan badaniyyah lahir saja, bahkan banyak di antaranya yang berhubungan dengan qalbiyyah, baik yang berhubungan dengan iman/akidah/tauhid maupun yang berhubungan dengan akhlak.
Intinya berbicara tentang takwa berupa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah persoalan sepanjang hidup bahkan merupakan indikator iman yang merupakan modal terpenting dalam beribadah.
Dawuh Syekh Muhammad Nawawi al Bantani al Jawi rahimahullah :
الفتوحات المدنية فى الشعب الإيمانية [هامش نصائح العباد] ص ٤ - ٥ :
فإتيان المأمور وترك المنهي هو الإيمان الذي فيه سعادة العباد
Makna:
".. mendatangkan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang merupakan keimanan yang di dalamnya merupakan kebahagiaan para hamba Allah." [al Futuuhat al Madaniyyah fii asy Syu'ab al Iimaaniyyah]
Nah, persoalannya dalam penjelasan para ulama banyak manusia melaksanakan perintah atau menjauhi larangan tapi tidaklah mendapatkan apa yang dilakukannya bahkan mungkin hanya lelah atau malah berakhir duka dan siksa. Apa sebenarnya yang terjadi?
Jawabannya adalah terletak pada niat sebagaimana masyhur dalam segala ulasan pentingnya niat dalam segala amal.
Dalam kutipan materi dari Syekh Nawawi al Bantani di atas, beliau berdawuh:
الفتوحات المدنية فى الشعب الإيمانية [هامش نصائح العباد] ص ٥ :
(والجامع للخير كله أن ينوي في جميع ما يعمله ويتركه قربة إلى الله تعالى بذلك العمل والترك فإن فاتته النية فاته الخير كله) ففرق بين تارك بنية القربة إلى الله وتارك بغير هذه النية كما فى العمل...
Makna:
"(dan yang mengumpulkan untuk kebajikan seluruhnya, agar ia berniat pada seluruh yang dikerjakannya - [pada perkara yang diperintahkan - pen] dan yang ditinggalkannya - [pada perkara yang dilarang - pen] KARENA demi QURBAH / SUNGGUH DEKAT kepada Allah dengan beramal itu dan dengan meninggalkan larangan itu. Jika niat itu lenyap, maka lenyaplah kebaikan seluruhnya) maka dapatlah dibedakan antara orang yang meninggalkan larangan dengan niat qurbah kepada Allah dengan orang yang meninggalkan larangan dengan tanpa niat ini, sebagaimana dalam beramal.. " [al Futuuhat al Madaniyyah fii asy Syu'ab al Iimaaniyyah]
Sahabatku, dengan demikian dapat dipahami jika banyak manusia yang menegakkan shalat malam tapi hanya dibalas lelah, atau banyak yang saum tapi hanya dibalas lapar. Amalannya tidak sedikit pun berpahala malah bisa berbuah duka. Atau banyak orang yang meninggalkan yang haram atau dosa tapi tidak menjadi pahala, maka letak sebab diterimanya ketakwaan yang sebenarnya adalah kembali kepada niat.
Banyak manusia tidak korupsi karena memang tidak diberi kesempatan.
Banyak manusia tidak berjudi karena tidak punya uang.
Banyak manusia tidak mabuk karena uang hilang dari saku..
Banyak orang meninggalkan ma'shiyyat bukan karena taubat nashuha, tapi karena hal-hal selain demi qurbah kepada Allah.
Nah, bagian akhir kajian saat ini adalah tentang bagaimana meninggalkan sesuatu yang haram jika niatnya benar atau niatnya salah? Dan bagaimana kemungkinan pahalanya? semoga Allah memberikan taufiq dan hidayah kepada saya, al haqir, hamba yang dha'if ini.. Aamiin..
Sahabatku, sesuatu yang haram disebut juga ma'shiyah, dzamb (dosa), qabīh, dicela, dan terancam siksaan dari masalah syara', demikian menurut Imamul Haramain rahimahullah.
Dan menurut beliau, meninggalkan perbuatan (haram) karena malu, atau karena terpaksa (tidak mampu), atau riya, atau karena takut makhluk maka tidak diberi pahala bahkan berdasarkan sebagian ulama maka sejak saat itu juga malah berdosa. Alasannya karena mendahulukan takut kepada makhluk dibandingkan kepada Allah adalah haram. Atau dia meninggalkannya tanpa tujuan (niat) apa pun maka dia tidak diberi pahala.
Dan ditambahkan oleh beliau, orang yang meninggalkan yang haram akan diberi pahala jika berniat karena taqarrub kepada Allah. Jika tidak, maka tidak diberi pahala.
Senada dengan hal itu pernyataan Imam Ibnu Rajab al Hambali.
Jadi, meninggalkan keharaman dapat berpahala, jika:
a. Karena ikhlas, tidak karena malu, tidak karena riya, dan bukan karena terpaksa.
b. Tidak karena takut kepada makhluk, malah menurut sebagian jika karena takut makhluk dia berdosa seketika itu juga dari segi mendahulukan rasa takut kepada makhluk
c. Karena berniat taqarrub kepada Allah.
Untuk 'ibarah saya kutip referensinya, tapi untuk makna silakan dikaji saja.. ☺️
١_ الشرح الكبير على الورقات لإمام الحرمين أبى المعالي الجويني ط. دار الكتب العلمية ص ٥٨ :
(والمحظور) أي الحرام قال فى المحصول ويسمى الحرام - أيضا - معصية وذنبا وقبيحا ومزجور عنه ومتوعدا عليه أي من الشرع
٢_ الشرح الكبير على الورقات لإمام الحرمين أبى المعالي الجويني ط. دار الكتب العلمية ص ٥٩ :
وإنما قيد الترك بقوله: إمتثالا ؛ لأن الترك لنحو حياء أو عجز أو رياء أو خوف من مخلوق لا يثاب عليه بل قيل يأثم حينئذ لأن تقديم خوف المخلوق على خوف الله - تعالى - محرم وكذا الرياء وكذا بلا قصد شيئ مطلقا لا يثاب عليه كما شمله قول التاج الفزاري ويزاد على هذا أن ترك الحرام إنما يثاب عليه تاركه إذا تركه بقصد التقرب إلى الله تعالى فأما من ترك الحرام من غير أن تحضره هذه النية فإنه لا يثاب على تركه _ انتهى
٣_ جامع العلوم والحكم " ( ٢ / ٣٢١ ) :
"فأما إن همّ بمعصية ثم ترك عملها خوفا من المخلوقين ، أو مراءاة لهم ، فقد قيل : إنه يعاقب على تركها بهذه النية ؛ لأن تقديم خوف المخلوقين على خوف الله محرم ، وكذلك قصد الرياء للمخلوقين محرم ، فإذا اقترن به ترك المعصية لأجله عوقب على هذا الترك " انتهى
Sahabatku, dalam hadits Qudsi dalam Shahih al Bukhari:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلَا تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا
Fokus:
وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً _ رواه البخاري
"Dan jika ia meninggalkan kejelekan karena demi Aku maka tuliskanlah kepadanya sebagai kebajikan."
Refleksi akhir:
Apatah lagi kepada pelaku dosa besar seperti kita, boro-boro meninggalkan yang haram secara keseluruhan, meninggalkan shalat pun yang menjadi tiangnya agama dianggap biasa.
Saya heran kepada orang yang sengaja tidak shalat. Padahal dalam Islam, shalat adalah gabungan ibadah ruhiyah dan fisik yang melibatkan unsur kebersihan dan keindahan, aturan thaharah menambah makna shalat yang merupakn indikator baik tidaknya amalan seseorang pada hari kiamat.
Shalat di dalamnya bergabung unsur fisik berupa gerakan, akal dalam memikirkan bacaan dan makna, dan hati yang harus selalu hadir dengan menyadari pengawasan, ketakutan, rindu, dan keinginan berjumpa dengan Allah.
=
Hanya Engkau yang menjadi ombak bagi bahtera hatiku, jika tak ada Engkau maka lautan itu hanya merupakan dunia yang sepi.. ❤
==
استغفر الله ربي من كل ذنب عظيم وأتوب إليه إنه هو الغفور الرحيم
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان واغفر لنا ذنوبنا وحصل مقاصدنا _ آمين
==
والعفو منكم!
هدانا الله وإياكم أجمعين
وهو تعالى أعلم بالصواب وإليه مرجع المآب
*) DARI BERBAGAI SUMBER
===
خذ ما صفا و دع ما كدر
"Ambillah yang baiknya, buanglah yang buruknya."
قال إمامنا الشافعي رضي الله عنه :
تَعَمَّدني بِنُصحِكَ في اِنفِرادي # وَجَنِّبني النَصيحَةَ في الجَماعَه
فَإِنَّ النُصحَ بَينَ الناسِ نَوعٌ # مِنَ التَوبيخِ لا أَرضى اِستِماعَه
وَإِن خالَفتَني وَعَصِيتَ قَولي # فَلا تَجزَع إِذا لَم تُعطَ طاعَه
(الإمام الشافعي)
"Nasehatilah aku ketika sendirian
Dan jauhilah menasehatiku di depan khalayak
Karena memberikan nasehat di hadapan banyak orang
Sama saja dengan mencaci maki, aku tidak sudi mendengarnya
Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku
Maka jangan heran apabila nasehatmu tidak ditaati. "
والله الموفق إلى أقوم الطريق
======
الحمد لله بنعمته تتم الصالحات
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد
اللهم صل على نور الأنوار وسر الأسرار وترياق الأغيار ومفتاح باب اليسار سيدنا محمد المختار وآله الأطهار وأصحابه الأخيار عدد نعم الله وإفضاله
اللهم صَلِّ عَلَي مُحَمَّدٍ وَآلِهِ مَصَابِيْحِ اْلحِكْمَةِ وَمَوَالِى النِّعْمَةِ ومَعَادِنِ اْلعِصْمَةِ وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَلَاتَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ وَلَا عَلَي غَفْلَةٍ وَلَا تَجْعَلْ عَوَاِقبَ اَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً وَارْضَ عَنِّيْ فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِيْنَ وَاَنَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ وَاعْطِنِيْ مَالَايَنْفَعُكَ فَإِنَّكَ اْلوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ اْلبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ فَاعْطِنِيْ السَّعَةَ وَالدَّعَةَ وَاْلاَمْنَ وَالصِّحَّةَ وَالشُّكْرَ وَاْلمُعَافَاةَ وَالتَّقْوَي وَافْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ وَعَلَي اَوْلِيَائِيْ فِيْكَ وَاعْطِنِيْ اْليُسْرَ وَلَاتَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ وَاَعِمَّ بِذَلِكَ اَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَاِخْوَانِيْ فِيْكَ وَمَنْ وَلَدَنِيْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
اَللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي؛ فَاغْفِرْ لِي ذُنُوْبِيْ؛ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
اللهم اغفرلنا ذنوبنا وذنوب والدينا وارحمهم كما ربونا صغارا
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَاعْفُ عَنَّا ۗ وَاغْفِرْ لَنَا ۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
اللهم إنا نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار
اللهم لك الحمد ولك الشكر
اللهم اجعلنا من الموقنين بك، وبرسولك محمد صلى الله عليه وسلم، و اجعلنا من المصدقين بما جاء به رسولك صلى الله عليه وسلم من العقائد والأحكام،
اللهم إنا نسألك إيمانا دائما ، ونسألك قلبا خاشعا ، ونسألك علما نافعا ، ونسألك يقينا صادقا ، ونسألك دينا قيما ، ونسألك العافية من كل بلية ، ونسألك تمام العافية ، ونسألك دوام العافية ، ونسألك الشكر على العافية ، ونسألك الغنى عن الناس
اَللّٰهُمَّ يَا مُيَسِّرَ كُلَّ عَسِيْرٍ, وَ يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ, وَيَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ, وَيَا مُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ, وَيَا مُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ, وَيَا مَأمَنَّ كُلِّ مَخِيْفٍ, يَسِّرْ عَلَيْنَا كُلَّ عَسِيْرٍ, فَتَيْسِيْرُ العَسِيْرِ عَليْكَ يَسِيْرٌ.
اَللّٰهُمَّ يَامَنْ لاَ يَحْتَاجُ إليَ البَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ حَاجَاتُنَا إليْكَ كَثِيْرٌ وَأنْتَ عَالِمٌ بِهَا وَبَصِيْرٌ.
اللهم ادفع عنا الغلاء والبلاء والوباء والفحشاء وشر الأعداء والسيوف المختلفة والشدائد والبغي والمحن والفتن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا هذا إندونيسيا ومن بلدان المسلمين عامة إنك على كل شيئ قدير
اللّٰهُمَّ لَا يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلَّا أَنْتَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ
اللهم اهدنا ونجنا من القوم الظالمين
سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالٔحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
اَللّٰهُمَّ ارْحَمْنَا، وَارْزُقْنَا، وَعَافِنَا، وَاهْدِنَا
اَللّٰهُمَّ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ
اللهم اسقنا من حوض نبيك محمد صلى الله عليه وسلم
اللهم اجعلنا من أمة سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم ظاهرا وباطنا
واحشرنا غدا مع زمرة الأنبياء والمرسلين، والأولياء والعلماء والصالحين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
اَللّٰهُمَّ أَكْرِمْ هٰذِهِ الْأُمَّةَ الْمُحَمَّدِيَّةَ بِجَمِيْلِ عَوَائِدِكَ فِى الدَّارَيْنِ إِكْرَامًا لِمَنْ جَعَلْتَهُ مِنْ أُمَّتِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ اجْبُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ عَافِ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللّٰهُمَّ احْفَظْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَغْفِرَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ فَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَرَجًا عَاجِلًا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
وصلى الله وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والحمد لله رب العالمين
#A2zakhul_almukhlashi
[Aas Ahmad Hulasoh] - -
Garut, Jum'at di subuh yang indah 05 Maret 2021 (WIB) /21 Rajab 1442 H
@@$thea
Sumber FB : Aas Ahmad Hulasoh
5 Maret 2021 pada 06.36 ·