Itulah kelebihan kerajinan buatan Indonesia, masih dibuat oleh tangan dan orang Perancis sangat menghargai kerajinan tangan.
-- Agus Kurniawan
Tapi kali ini saya ingin mengajak pembaca lebih ke darat saja, apalagi bagi pembaca yang senang belanja atau sekadar cuci mata. Di Palavas, kota pantai Montpellier selama musim panas butik-butik yang menawarkan berbagai barag dagangan, baik produk lokal hingga mancanegara boleh dbilang laris manis di musim panas.
Di setiap kota wisata apalagi yang memiliki pantai, pernak-pernik dari Asia biasanya yang paling diminati pengunjung. Karena coraknya yang meriah cocok untuk dipakai di hawa panas. Bosan dengan pakaian gelap maka corak warna bagaikan kebutuhan mutlak menghiasi tubuh pucat mereka. Dari mulai pakaian hingga perhiasan.
Minggu ini saya menyempatkan untuk mendatangi butik-butik di kota Palavas sekitar 10 km dari kota saya di Montpellier. Di kota yang memiliki pantai inilah kami sekeluarga sering menghabiskan waktu, untuk sekadar ngopi, bermain pasir atau jalan-jalan santai di kota kecilnya yang cantik.
Saat sedang cuci mata salah satu butik perhiasan, menarik mata saya... aih ternyata penjualnya adalah orang Indonesia yang juga kenalan saya. Rupanya teman saya yang bermukim di Bali ini, setiap musim panas dia kembali ke kota Palavas untuk berjualan dan suaminya yang memiliki restoran dengan beberapa menu Indonesia juga membuka rumah makannya setiap musim panas. Setelah berbincang sedikit dan mengambil foto saya pun pamit untuk meneruskan melihat-melihat buti-butik lainnya.
Di depan butik EscaleJava saya berhenti. Saya masih ingat ketika pertama berjumpa dengan pemilik toko itu di tahun 2000, dia masih berjualan di pasar. Rela menutup usahanya di Yogyakarta dan Bali demi cintanya kepada si istri perancisnya dan juga buah hatinya. Maka teman saya, Agus Kurniawan ini memutuskan untuk mencoba usaha di Perancis.
Kami pun jadi mengobrol mencoba mengenang saat awal dirinya mencoba menawarkan produk kerajinan Indonesia kepada masyarakat di Perancis. Saya ingat berkali-kali berjumpa dengannya dulu di pasar yang diadakan setiap minggu, barang yang digelar memang dari awal sudah menarik mata pengunjung. Boleh dibilang tak terlalu pasaran.
Dan empat tahun kemudian, dia berhasil membawa barang dagangannya ke dalam butik di kota Palavas yang dinamakannya EscaleJava. Butik yang menawarkan hasil kerajinan Indonesia khususnya kerajinan tangan ini, langsung diminati para pengunjung. Memang barang yang ditawarkan terlihat lebih halus dan unik dibandingkan buatan China atau Thailand. Dari segi harga pun rupanya produk Indonesia cukup bisa bersaing dengan negara lainnya.
"Itulah kelebihan kerajinan buatan Indonesia, masih dibuat oleh tangan dan orang Perancis sangat menghargai kerajinan tangan. Makanya mereka tak terlalu suka buatan China karena bagi mereka terlalu pabrik sifatnya," tutur Agus menerangkan mengapa hasta karya Indonesia tetap nomor satu diminati di sini.
Perhiasan Indonesia paling diminati
Waktu teman saya Agus menyatakan jika kini telah memiliki toko hingga empat, saya sampai kaget dibuatnya. Bayangkan dari mulai menggelar di pasar kini bukan hanya empat toko saja yang dipegangnya tapi juga bisa memperkerjakan tenaga orang Perancis!
"Wow! Hebat kamu ya! Biasanya kan orang Indonesia yang jadi pekerja, ini malah kebalikannya. Kamu yang gaji mereka, top lah...!!" kata saya memuji.
"Tapi ngomong-ngomong mereka digaji legal atau gelap nih?' tanya saya penasaran, karena tahu memperkerjakan pegawai di Perancis itu sangat mahal biayanya.
"Waduh..! ya legal lah...," jawabnya dengan logat kental jawanya.
"Di sini kalau aku gaji orang gelap-gelapan kalau sampe ketahuan bisa berabe aku! Dideportasi nanti aku. Wahhh... gawat dong!" jawabnya sambil tertawa.
Menurut Agus, kerajian tangan Indonesia yang selalu laris dibeli pengunjung adalah perhiasan. Dirinya menerangkan salah satu yang membedakan hasil kerajinan buatan Indonesia dengan negara lainnya adalah kehalusannya juga corak warna dan motifnya. "Kalau Indonesia punya itu motifnya apik. Karena negara kita ini kaya dengan budaya jadi motifnya nggak bisa negara lain tiru," ujar teman saja itu.
"Wanita Perancis juga Eropa sangat menyukai perhiasan esotik dari bahan alami. Perhiasan Indonesia yang kebanyakan dari batok kelapa, karet, batu-batuan, kerang memiliki gaya tersendiri yang negara lain tak memilikinya. Kalaupun ada, lain deh cita rasanya..., kita rata-rata lebih unggul," tuturnya bangga.
Juga karena orang Indonesia itu kreatif, maka modelnya selalu berkembang dan berganti-ganti, makanya turis pun senang membelinya sebagai cenderamata.
Agus melanjutkan lagi. "Misalnya untuk aksesoris, kalau dari China kan keliatan banget ya Din...buatan pabrik, orang Perancis kurang suka. Nah sementara kalau saya nih, untuk perhiasan bikinnya saja di Madura dan Banyuwangi. Dan yang mengerjakan istri-istri nelayan yang mencari kegiatan sekaligus pemasukan selama suami mereka berlayar mencari ikan," ujarnya.
"Kalau begitu selain jadi bos, kamu juga memperdayakan sumber manusia di Tanah Air dong ya? Ck-ck-ck, salut deh aku sama kamu!" puji saya sekali lagi padanya.
Pemerintah kurang mendukung
"Yaahhh begitulah, sesama perajin harus saling membantu dan mendukung," ucap Agus. Hanya sayang, pemerintah kurang mendukung kita-kita ini para perajin dan pengusaha kerajinan Indonesia," katanya.
"Maksud kamu Agus?" tanya saya.
"Contoh kecil saja deh Din, untuk pameran misalnya. Bila ada pameran di luar negeri, di Perancis deh misalnya, yang datang untuk ikut pameran dari Indonesia bukannya perajin beneran yang memang tahu seluk beluk kerajinan dan juga usaha di bidang itu, melainkan malah orang-orang lain yang tak ada hubungannya yang datang untuk pameran, cuma buat jalan-jalan....gitu loh!" katanya kesal.
"Kok untuk jalan-jalan? Ya mahal dong?" tanya saya heran.
"Yaahh itu dia, karena pemerintah kasih ongkos dan bantuan untuk perajin, sayangnya sering kali salah kasih orang!" jawabnya sambil nyengir.
Kami pun jadi serius membicarakan masalah ini, tapi saya jelaskan kepadanya lain waktu saya akan tulis khusus soal ini. Kali ini saya ingin lebih berbicara ringan padanya.
Menurut Agus, rencana ke depan baginya adalah memasarkan pareo, yakni kain penutup biasa digunakan di pantai asal mulanya dari Hawai. Alasannya, pareo buatan Indonesia jauh lebih bagus dan halus bahannya dibandingkan buatan Thailand. Namun saat ini sayangnya orang lebih mengenal pareo buatan negeri Siam tersebut. Padahal dirinya yakin bila pareo dibuat dengan motif unik dengan kain halus solo maka pareo dari Tanah Air, kita akan menjadi nomor satu.
Saya menjadi merenung, memang benar bila saya perhatikan hasil kerajinan tangan Indonesia sangat menawan dan bisa menjadi sumber pemasukan penting bagi negara. Setiap kali saya pulang kampung oleh-oleh yang saya berupa kerajinan tangan Indonesia selalu mendapat pujian luar biasa dari kerabat kami. Bahkan rumah mertua saya saja penuh dengan kerajinan tangan dari negara menantunya, bangga sekali dirinya. Jangankan orang asing, saya saja yang orang Indonesia, sangat menyukai kerajinan tangan Tanah Air.
Setiap pulang kampung, surga saya adalah ketika bisa mengunjungi pameran kerajinan Indonesia. Rasanya semua mau saya borong, begitu cantik, apik dan menawan... dan laris manis pula di Perancis...
Penulis: Dini Kusmana Massabuau
Sumber: Kompas (29 Juli 2010) Borneo
#Indonesia