Tenggelam Dalam Teknologi

Tenggelam Dalam Teknologi - Kajian Islam Tarakan

Tenggelam Dalam Teknologi

(bagian 1)

Zaman dulu keunggulan teknologi cuma dijadikan alasan berbangga-banggan saja. Lihat itu kelakuan dua negeri adidaya, USA dan USSR. 

Dulu mereka berlomba main dulu-duluan menaklukkan luar angkasa. Pertama USSR memang, gara-gara Juri Gagarin jadi orang pertama yang mengorbit bumi di tahun 1961.

Habis itu gantian, USA memang karena Neil Amstrong dan Buz Aldrin mendarat di bulan tahun 1969. 

Tapi apa hasilnya buat umat manusia secara langsung? 

Tidak ada, sekedar eforia dan bangga- banggaan saja. Itu pun sebatas kebanggan buat rakyat USA saja. 

Bangsa lain? Ya ikut kagum saja dan sudah selesai. 

Apakah di bulan ditemukan emas atau benda  yang berguna buat umat manusia? 

Sama sekali tidak. Dua astronot itu pulang tidak bawa emas apalagi berkat. Mereka cuma bawa pulang batu. Kalau cuma batu, di bumi juga banyak. 

Buat apa jauh-jauh ke bulan menghabiskan pajak rakyat, kalau ujung-ujungnya cuma bawa pulang batu? Sehebat apa batu bulan itu kok segitunya dicari?

Sangat tidak masuk akal bukan?

Nah, itu bukti bahwa di masa lalu, paradigma teknologi itu masih sekedar untuk gagah-gahanan saja, tapi belum aplikatif untuk kemaslahatan umat manusia. 

ZAMAN BERUBAH

Hari ini nampaknya sudah terjadi perubahan besar dalam orientasi teknologi. Saya mencatat ada dua intinya. 

Pertama : lebih ke arah manfaat buat manusia secara langsung. Kedua : lebih terjangkau dan malah gratis. 

Dulu robot adalah kaleng yang bisa ngomong. Teknologi mesin yang bisa ngomong itu pastinya cuma di kalangan ahli dan harganya pasti teramat mahal. 

Tapi sekarang seluruh kita bisa ngomong dengan mesin dan gratis. Modalnya cuma HP dan kita ajak ngomong : Oke Google. 

Tiba-tiba kita sudah masuk abad teknologi canggih. Manusia ngobrol dengan mesin. Waw keren.

Lalu ada YouTube dengan servernya segede gunung. Sejak 14 tahun yang lalu Youtube sudah menyimpan lebih dari 5 miliar video. 

Dalam tiap menit ada 300 jam video yang dalam prosea upload tanpa berhenti. Itu artinya 225 GB data per menit.

Setiap bulan, lebih dari 2 miliar pengguna yang login membuka YouTube dan, setiap hari, orang menonton lebih dari satu miliar jam video dan menghasilkan miliaran kali penayangan.

Lebih dari 70% waktu tonton YouTube berasal dari perangkat seluler.

YouTube telah meluncurkan versi lokalnya di lebih dari 100 negara. Anda dapat menelusuri YouTube dalam total 80 bahasa yang berbeda.

Untuk semua fasilitas kepada 2 milyar user, mereka harus bayar berapa sebulannya?

Hohoho, tidak ada bayar-bayar. Semua gratis malahan makin banyak anda uoload video, Anda berpotensi dibayar oleh YouTube. 

Jumlah channel yang memperoleh penghasilan enam digit per tahun di YouTube meningkat lebih dari 40% per tahunnya.

Jumlah channel yang memperoleh penghasilan lima digit per tahun di YouTube meningkat lebih dari 50% per tahunnya.

Jumlah channel yang memiliki lebih dari satu juta subscriber meningkat lebih dari 65% per tahunnya.

YouTube telah melahirkan banyak milyuner besar hari ini. Jadi kita sudah pakai teknologi milik YouTube dan mereka gratiskan buat kita selamanya, bahkan malah dikasih uang. 

Siapa bilang teknologi itu mahal dan tidak terjangkau? Hari ini teknologi itu murah dan sangat terjangkau, bahkan kita sudah tenggelam di dalamnya. 

Cerita zaman dulu perlu direvisi. Kisah umat Islam tertinggal secara teknologi, sehingga kita kudu ngaduk-ngaduk ukang ayat Qur'an biar ketemu teknologi baru, itu semua paradigma lama yang usang dan ketinggalan zaman. Cuma eyang Kakung yang mikirnya masih kayak gitu. 

Teknologi hari ini sudah jadi milik publik, milik umat manusia. Siapa pun bisa menikmatinya. Tidak ada lagi arogansi sok memonopoli teknologi. 

Sebab seluruh penemu teknologi dan pusat industri justru ingin penemuannya segera dinikmati umat manusia. Ingin segera viral dan digunakan. Sebab kalau tidak, malah nggak dapat apa-apa. 

Logikanya, buat apa bikin teknologi canggih kalau tidak bisa dijual? Dan teknik menjualnya juga unik, orang tidak disuruh bayar pakai uang, cukup jadi user saja dan selesai. Terus dapat duitnya dari mana?

Kira-kira mirip dengan logika stasiun TV teresterial. Semakin banyak yang nonton pasti semakin senang. Sebab iklannya makin banyak. Padahal nonton tv itu tidak bayar. Beda dengan nonton bioskop. 


Tenggelam Dalam Teknologi

(Bagian kedua)

Yang jadi masalah buat umat Islam bukan tetinggal teknologi dalam arti tidak punya akses atau tidak punya dana. 

Masalahnya tidak bisa mengoptimalkan teknologi untuk kemaslahatan umat. 

Ibarat penduduk pedalaman yang dulu terisolir. Diberi sumbangan berupa closet duduk. Tapi karena maindsetnya mentok, malah digunakan sebagai mangkuk kuah sop dan diletakkan di meja hidangan menjamu para tamu kehormatan.

Otomatis para tamu undangan pada mual-mual mau muntah. Kloset duduk jadi benda asing buat penduduk pedalaman itu dan mereka tidak paham apa gunanya. 

Dipakai sih, tapi keliru cara pemakaiannya. Saya cuma nggak tega mengatakan masih ada orang jongkok di kloset duduk. Ampun dah. 

Yang lucu justru lembaga pendidikan milik umat Islam. Alih-alih mengajari teknik optimalisasi teknologi biar berguna. Justru malah melarang teknologi. Alasannya HP itu bisa mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Astaghfirullah . . .

Ini kan mirip dulu sekali ketika speaker diharamkan di masjid. Alasannya karena Nabi SAW tidak pakai speaker. Jadi haram adzan pakai speaker. Ini kejadian sebelum tahun 45 dan kita belum merdeka.  

Zaman masih difatwakan bahwa sepatu, kemeja, jas dan dasi itu haram, karena dianggap menyerupai Belanda. 

Seharusnya lembaga pendidikan Islam berada pada posisi terdepan dengan teknologi. hP yang jadi benda ajaib multiple fungsi malah dijadikan satu-satunya alat sekolah yang boleh dipakai. 

1. Karena HP itu buku, semua kitab bisa didownload dan dibawa pakai HP. 

2. Karena HP itu jendela informasi, seluruh video terkait dokumenter, film, animasi dan tutorial bisa diakses pakai HP. 

3. Karena HP itu buku catatan pelajaran. Seluruh catatan pelajaran harus ditulis. Zaman dulu pakai buku tulis, hari ini nulisnya pakai HP. Kalau perlu pas guru lagi menjelaskan, langsung direkam dan divideokan. 

4. Karena HP itu media teleconverence. Siswa bisa wawancara dengan para pakar ilmu via HP. Tiap hari siswa komunikasi dengan pakar di berbagai bidang pakai HP. Inteveiw dengan pejabat,politisi, dokter, fisikawan, astronom, saintis, via zoom dan HP. 

5. HP itu camcorder dan studio PH. Siswa bisa bikin berbagai macam produksi video tutorial dan berbagai laporan penelitian dan pelajaran pakai HP untuk diviralkan kepada publik, termasuk buat para ortu di rumah. 

Dan daftar ini masih bisa diperpanjang lagi. HP itu murattal Qur'an, hp itu alat musik, hp itu mesin hitung zakat, waris, dan seterusnya. Hp itu peta online hp itu hp itu hp itu . . .

Nah, lucunya kurikulum pendidikan kita meski tiap jam berubah, pagi kurikulum A sore ganti B, malam dikit jadi C dan muter tanpa henti, tetap saja tidak nyambung dengan media pembelajarannya yaitu HP. 

Kalau sudah pakai HP bersekolah sudah tidak usah lagi beli buku pelajaran. Tidak perlu acara bagi rapot. Tidak perlu ini dan itu. Semua selesai dengan HP.

Tapi . . .

Dasar paradigma dan mindsetnya sudah mentok. Sekolah online pakai HP pun jadi urusan. Di negara maju, mereka santai saja sekolah pakai HP online. Disini, jadi urusan. 

Problem kita bukan tidak ada teknologinya. Tapi bagi sementara orang di kita, teknologi itu jadi masalah.

Sumber FB : Ahmad Sarwat

3 Februari 2021· 

©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Tenggelam Dalam Teknologi". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait