Sayyidah Fathimah az-Zahraa

💠 Sayyidah Fathimah az-Zahraa -`alaihaa wa `ala abiiha as-salaam-

🖋️ Ustadzah Hilma Rosyida Ahmad

Kelahiran & Sebagian Kisah Masa Kecil

Beliau dilahirkan di Makkah, pada hari jum`at, 20 jumadil al-akhir, 5 tahun sebelum sang ayah "Rasulullah ﷺ" diutus.. ketika itu sang ayah ﷺ berumur 35 tahun.

Anak perempuan ke-4 dari keluarga yang tidak punya anak laki-laki, berada di tengah masyarakat yang mengagungkan keberadaan anak laki-laki  merasa malu ketika kelahiran anak perempuan.

Pada tahun itu, Kaum Quraisy melangsungkan pembangunan ka`bah, sang ayah "al-Amiin" ﷺ dipercayai untuk meletakkan hajar aswad di tempatnya, setelah terjadi perdebatan yang hampir saja membawa pada pertikaian berdarah untuk menentukan siapa yang berhak untuk memperoleh kemulian tersebut.

Karena dilahirkan dalam momentum besar tersebut, keluarga al-Muhammadi menyambut kelahiran Sayyidah Fathimah dengan penuh rasa bahagia, acara besar-besaran diadakan untuk merayakannya, suatu acara yang tidak biasa di Makkah untuk kelahiran seorang putri ke-4.

Sayyidah Fathimah pun hidup dalam masa kecil yang bahagia, dicintai & dimanja oleh kedua orang tua & kakak-kakaknya, terutama Sayyidah Zainab, kakak sulung yang bagaikan seorang ibu kecil. 

Tapi itu tidak berlangsung lama... Sayyidah Zainab menikah & ikut suaminya "Abu al-`Ash bin ar-Rabi`... lalu Sayyidah Ruqayyah & Sayyidah Umm Kutsum yang menikah dengan `Utbah & `Utaibah, dua putra Abd al-`Uzza (Abu Lahb).

Jadilah Sayyidah Fathimah sebagai anak satu-satunya di rumah.

Ketika Rasulullah ﷺ diutus.

Sayyidah Fathimah ikut setia bersama sang ayah dalam perjuangan... di sisi sang ayah ketika pergi ke tempat-tempat berkumpulnya warga Quraisy untuk mengajak mereka agar menyembah Allah SWT.

Sayyidah Fathimah ada bersama sang ayah:

di dekat Ka`bah, saat segerombolan musyrik menginterogasi sang ayah.. berkata: "Kamu kah yang mengatakan begini begini?" karena mereka menganggap sang ayah telah menghina & meremehkan kakek moyang mereka...

Sang ayah menjawab: "Iya, akulah yang mengatakan itu".

Salah satu dari mereka menarik kain di leher sang ayah,.. sehingga sang ayah hampir tidak bisa bernafas... Sayyiduna Abu Bakr radhiyallah 'anhu berkata pada mereka: "Apakah kalian membunuh seorang yang berkata "Tuhanku adalah Allah".

Gerombolan itu pun menoleh dengan wajah geram, mereka pun menarik jenggot Rasulullah, tidak membiarkan Beliau kecuali setelah memukul kepala ﷺ.

Rasulullah pulang, diikuti Sayyidah Fathimah.. semua orang yang ditemui mendustakan & menyakiti sang ayah di sepanjang jalan menuju rumah... 

Sesampainya di rumah, Rasulullah ﷺ langsung ke tempat tidur, berbaring dan diselimuti... kesakitan. 

Sayyidah Fathimah juga ada bersama sang ayah:

Ketika itu Rasulullah ﷺ sujud di al-Haram, di sekitar beliau kaum Quraisy, tiba-tiba `Uqbah bin Abi Ma`ith meletakkan isi perut binatang ke atas belakang Beliau.. Sayyidah Fathimah pun segera pergi menyingkarkan kotoran itu.. dan mendo`akan buruk pada yang telah melakukan hal yang tidak senonoh pada sang ayah.

Rasulullah ﷺ bangkit dan berdo`a: "Ya Allah, binasakan tokoh-tokoh Quraisy.. Ya Allah, binasakan Abu Jahl bin Hisyam, `Utbah bin Rabi`ah, Syaibah bin Rabi`ah, `Uqbah bin Abi Ma`ith dan Ubay bin Khalaf".

Orang-orang musyrik ketakutan mendengar do`a itu dan menundukkan pandangan mereka.. sampai Rasulullah ﷺ selesai shalat dan pulang ke rumahnya bersama putri Beliau.

Beberapa tahun setelah itu, Sayyidah Fathimah menyaksikan orang-orang yang dia & ayahnya do`a kan kebinasaan mereka: menemui ajalnya di Badr.

Sayyidah Fathimah juga ada bersama sang ayah:

Setelah diturunkan ayat:

( وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ )

Rasulullah ﷺ pun keluar rumah & menyerukan:

"Wahai kaum Quraisy, belilah diri kalian... aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari Allah..

Wahai Anak-anak Abd Manaf, aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari Allah..

Wahai `Abbas bin Abd al-Muththallib, aku tidak bisa menyelamatkanmu dari Allah..

Wahai Shafiah, bibi Rasulillah, aku tidak bisa menyelamatkanmu dari Allah..

Dan wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah apa yang kamu mau dari hartaku, aku tidak bisa menyelamatkanmu dari Allah".

Sayyidah Fathimah berbisik: "Labbaika wahai manusia yang paling kucintai dan seorang penyeru yang paling mulia".

Rasulullah ﷺ seorang yang sangat menghargai & peduli kehadiran anak kecil.. lihatlah: setelah menyebutkan kaum, keluarga besar, paman & bibi Beliau... Beliau pun menyeru putri kecil Beliau.

Pantaslah.. Rasulullah ﷺ memberi gelar Sayyidah Fathimah: "Umm Abiiha".. Beliau juga pernah bersabda:

"Fathimah itu belahan jiwaku, menyakitiku orang yang menyakitinya, ku mengkhawatirkan apa yang dikhawatirkannya".

"Wanita terbaik itu empat: Maryam, Asiyah, Khadijah & Fathimah".

"Sesungguhnya Allah Ridha dengan ridhamu & Marah dengan kemarahanmu".

رضي الله عن فاطمة الزهراء وأرضاها، وصلى الله على أبيها سيدنا محمد أزكى صلاة وأنماها، اللهم صل وسلم وبارك عليه وعلى آله.... 

Sebagian kisah masa kecil dan remaja Sayyidah Fathimah az-Zahraa `alaihaa wa `ala abiiha as-salaam

Sayyidah Fathimah kecil telah beriman pada Allah & percaya pada Nabi & Rasul-Nya ﷺ .. menjual dunianya untuk meraih akhirat... yang lebih baik & kekal.

Mulailah merasakan berbagai ujian untuk keimanan... ujian yang tidak dirasakan oleh yang lain..

Hubungan erat dengan sang ayah, membuat Sayyidah Fathimah ikut merasakan apa yang dirasakan sang ayah ﷺ & para pengikut sang ayah radhiyallah `anhum yang umumnya dari kalangan lemah yang menerima berbagai hinaan & siksaan kaum musyrik.

Kaum Quraisy pun berencana membunuh Rasulullah ﷺ ... mereka mengungkapkan rencana itu pada Bani Hasyim & Bani al-Muththalib... tapi ditolak & tidak bersedia menyerahkan Rasulullah  ﷺ yang merupakan salah satu anggota keluarga mereka... 

Resiko penolakan itu adalah seluruh anggota keluarga Bani Hasyim & Bani al-Muththalib, baik muslim maupun bukan; diboikot ekonomi, dipenculikan di lembah Bani al-Muththalib.

Yang muslim ikut serta karena agama, sementara yang kafir karena kesatuan keluarga... Kecuali Abu Lahb... terang-terangan ikut serta kaum Quraisy...

3 tahun boikot yang sangat kuat... sampai hanya bisa memakan dedauan... Sayyidah Fathimah ikut serta merasakan itu semua..

Tidak lama setelah pemboikotan diberhentikan dan kembali ke Makkah.. Sayyidah Fathimah menyaksikan kepergian ibundanya, Sayyidah Khadijah radhiyallah `anhaa.. lalu kepergian hijrah sang ayah ﷺ ke Yatsrib (nama lama al-Madinah) setelah tidak ada lagi tempat untuk Beliau di Makkah..

Sayyidah Fathimah tinggal di rumah bersama saudarinya Umm Kultsum... hingga datang utusan sang ayah yang menjemput mereka ke al-Madinah..

Rumah kenangan indah keluarga bahagia & tempatnya dilahirkan itu pun dikunci & ditinggalkan begitu saja. tanpa penghuni...

Perjalan hijrahnya tidak berjalan aman...

Di jalan sebelum keluar dari perbatasan, kaum Quraisy al-Huwairits bin Naqid yang biasanya menyakiti sang ayah, mengejar kedua putri Rasulullah ﷺ dan memecut unta yang mereka tunggangi... sehingga kedua perempuan mulia itu jatuh ke padang pasir...

Ketika itu, Sayyidah Fathimah sangat lemah, badannya kurus, penderitaan boikot masih sangat berbekas.. ditambah jatuh... sehingga beliau sakit di sepanjang perjalanan hijrah...

Sang ayah tidak lupa terhadap kejadian keji terhadap kedua putri beliau yang tidak bersalah... beberapa tahun setelah kejadian itu.. ketika fath Makkah.. Sang ayah menyebutkan bahwa al-Huwairits & bersama beberapa orang Quraisy diperintahkan untuk dibunuh oleh tim khusus meskipun mereka berada di bawah kain penutup Ka`bah...

Dan Ali bin Abi Thalib karramallah wajhahu merupakan salah seorang dalam tim tersebut & dialah yang paling berhak menghabisi al-Huwairits... Beliau pun melakukan tugas itu...

Tempat tinggal Sayyidah Fathimah bersama sang ayah di tempat baru bukanlah rumah mewah & gedung tinggi...

Tempat tinggal yang sangat sederhana dengan peralatan sederhana... terletak di sisi masjid.. atapnya sangat rendah; Sayyiduna Hasan radhiyallahu `anhu pernah bercerita bahwa beliau pernah masuk rumah sang kakek  ﷺ di masa kecil menginjak remajanya dan beliau saat itu bisa menggapai atap rumah tersebut.

Ketika Sayyidah Saudah binti Zam`ah, isteri sang ayah ﷺ, hadir dalam kehidupan keluarga, Fathimah pun mendapat perhatian & kasih sayang dari seorang ibu yang baik.

Sayyidah Saudah radhiyallah `anha merupakan seorang janda tua, yang ditinggal mati suaminya ketika mereka hijrah di Habsya.

Pernikahan Sayyidah Fathimah az-Zahraa -`alaihaa wa `ala abiiha as-salaam-.

Sebenarnya Sayyiduna Ali bin Abi Thalib sudah lama menaruh rasa cinta pada Sayyidah Fathimah... mencari-cari kesempatan untuk meminang.

Sayyidah Fathimah sudah berumur 18 tahun, beliau sangat sibuk, bagaikan ibu bagi sang ayah, terlebih setelah meninggal ibundanya, bisa merasakan bahwa Ali tidak tertarik pada gadis lain selainnya, seperti halnya Sayyidah Fathimah bahwa tidak ada pemuda lain yang paling pantas, anak laki-laki pertama yang masuk Islam & tidak ada pemuda yang mengalahkan Sayyiduna Ali dalam keberanian, kecerdasan & ketangguhan.

Sayyiduna Ali yang lebih tua (8 tahun menurut Syekh Yusri, 4 tahun menurut Bintu asy-Syathi) dari Sayyidah Fathimah memikirkan untuk meminangnya... tapi tidak tahu mahar apa yang bisa diberikan.

Kabar para pemuka shahabat, termasuk Sayyiduna Abu Bakr & Sayyiduna Umar yang meminang Sayyidah Fathimah tapi ditolak lembut oleh Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa Beliau menunggu wahyu untuk itu sampai ke telinga Sayyiduna Ali... dan kawan-kawan dekatnya pun mulai menyemangati dan menyebutkan kedekatannya dengan ayah sang gadis... 

Sayyiduna Ali berkata putus asa: "Setelah Abu Bakr & Umar?"

Mereka menjawab: "Kenapa tidak?!" Mereka pun mulai menyebutkan bahwa tidak ada yang lebih dekat secara kekeluargaan di kalangan umat Islam selain hubungan Ali & Rasulillah... 

Sayyiduna Ali pun bersemangat... Beliau pun pergi menemui sang sepupu ﷺ.. mendatangi & mengucapkan salam, duduk dekat, malu, tanpa menyebutkan apa yang diinginkan.

Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa sang sepupu, saudara & sahabat itu datang untuk keperluan yang tidak mampu diungkapkan... Beliau ﷺ pun berkata lembut:

"Apa keperluan putra Abi Thalib?"

Sayyiduna Ali menjawab dengan suara rendah, dan menundukkan pandangan: "Ku menyebut Fathimah binti Rasulillah....

Rasulullah ﷺ berkata dengan lembut: "Marhaban wa ahlan!" di riwayat lain: "Dia untukmu, wahai Ali".

Lalu Rasulullah ﷺ diam, lama... Sayyiduna Ali pun khawatir & bingung.. lalu pulang... tidak tahu apa yang akan dikatakannya pada teman-temannya yang menunggunya kembali.

Ketika teman-teman itu memaksanya, Sayyiduna Ali pun cerita bahwa Rasulullah ﷺ tidak menyebutkan apapun selain ""Marhaban" dan "ahlan".

Teman-teman itu pun berkata: "salah satu dari 2 kata itu pun cukup dari Rasulillah ﷺ".

Kemudian mereka meninggalkan Sayyiduna Ali... yang harapannya sedang hidup..

Besoknya, Sayyiduna Ali di majlis Rasulullah ﷺ & bercerita  pada temannya dengan suara yang bisa didengar Rasulullah ﷺ tentang pinangannya, tapi dia tidak punya harta..

Rasulullah ﷺ yang mendengar pembicaraan itu menoleh & menyebutkan bahwa Sayyiduna Ali dapat "ad-dir`" (tameng) dari rampasan perang Badr & menanyakan di mana sekarang?

Sayyiduna Ali pun pulang dan datang kembali bersama tameng itu, Rasulullah ﷺ pun memerintahkan untuk menjualnya agar dipakai untuk keperluan perkawinan... Sayyiduna `Utsman bin `Affan radhiyalahu `anhu membelinya dengan harga 470 dirham... Sayyiduna Ali pun meletakkan uang itu di depan Rasulullah ﷺ, uang itu pun diambil oleh Rasulullah ﷺ dan diserahkan pada Sayyidina Bilal untuk membeli wewangian.. sisanya diberikan pada Ummu Salamah untuk membeli perlengkapan rumah tangga.

Rasulullah ﷺ pun memanggil para shahabat agar menyaksikan pernikahan itu; bahwa beliau menikahkan putri beliau dengan mahar 400 dirham (400 dirham berarti 40 dinar... sementara 1 dinar = 4,25 gram emas 21 karat, berarti: 170 gram emas)

Dalam pernikahan itu, Beliau ﷺ berkhutbah dan mendo`akan keberkahan & keturunan yang shaleh untuk kedua pengantin, kemudian menghidangkan pada tamu wadah berisi kurma.

Pernikahan itu berlangsung pada bulan Rajab, ada riwayat bulan Ramadhan... 

Di awal bulan dzilhijjah tahun kedua hijriah, setelah perang Badr, Sayyiduna Ali menyewa rumah, untuk tempat tinggalnya bersama sang isteri, perabotan rumah baru itu sangat sederhana: kasur & bantal yang isinya dari "liif" (serabut), ayakan, penggiling gandum, tempat/botol minum & 2 bejana air.

Walimah terbesar di masa itu, untuk suatu ikatan pernikahan teragung dalam sejarah Islam.

Keluarga Abdul Muththalib tidak pernah sebelumnya memeriahkan acara sebesar itu, Sayyiduna Hamzah datang dengan 2 ekor unta dan menyembelihnya untuk hidangan.

Setelah usai acara, Rasulullah ﷺ meminta pada Ummu Salamah untuk membawa pengantin perempuan ke rumah Ali, dan menunggu Beliau di sana.

Saat itu Sayyidah Fathimah dipakaikan 2 kain (maksudnya mungkin atasan dan bawahan), dan dihiasi dua buah gelang dari perak.

Setelah usai shalat isya di masjid, Sayyiduna Muhammad ﷺ ke rumah Ali, meminta air dan membacakannya beberapa ayat al-Qur`an, lalu meminta kedua pengantin untuk minum, sisanya Beliau ﷺ pakai untuk berwudhu dan menyemprotkannya pada kedua pengantin.

Ketika mau pulang, Beliau ﷺ berkata:

"اللهم بارك فيهما، وبارك عليهما، وبارك لهما في نسلهما" 

"Ya Allah, berkahilah pada keduanya, berkahi atas keduanya, & berkahi pada keturunan keduanya".

Beliau ﷺ pun berkata: "Wahai Fathimah, bahwasanya aku menikahkanmu dengan keluargaku yang paling baik".

Sayyidah Fathimah tidak bisa menahan air matanya, Rasulullah ﷺ mendekapnya dan menyebutkan bahwa Beliau ﷺ menitipkannya pada seseorang yang paling kuat iman, paling berilmu dan paling mulia akhlaknya, paling tinggi jiwanya....

Allah SWT Mengabulkan do`a Nabi-Nya ﷺ... Pernikahan itu berkah dan keturunan Rasulullah ﷺ  berlanjut melalui pasangan ini.

Syekh Yusri Rusydi hafizhahullah menyebutkan bahwa saat itu Sayyidah Fathimah berumur 18 tahun & Sayyiduna Ali berumur 26 tahun... pernikahan yang tergolong lambat di zaman itu... kalau yang lain; sudah menikah semenjak 10 tahun lalu. Itu disebabkan karena keduanya sibuk di medan dakwah & perjuangan Sayyiduna Rasulullah ﷺ.

Setelah pernikahan Sayyidah Fathimah az-Zahraa `alaihaa wa `ala abiiha as-salaam.

Setelah pindah tempat tinggal baru, kedekatan Sayyidah Fathimah dengan sang ayah ﷺ terus berlanjut.. tempat tinggalnya di samping tempat tinggal sang ayah ﷺ, bahkan ada pintu masuk yang menyambung antara kedua tempat tinggal itu.  

Kehidupan Sayyidah Fathimah dengan Sayyidina Ali sangat sederhana... jauh dari kemewahan dunia.

Di awal-awal perkawinan; Sayyiduna Ali tidak bisa menyediakan pembantu... semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan Sayyidah Fathimah sendirian sampai tangan beliau yang mulia kasar & sakit... kadang sang suami membantunya ketika memungkinkan untuk itu.

Padahal Sayyidah Fathimah bukanlah seorang yang sempurna sehat, penderitaan 3 tahun masa pemboikotan berpengaruh besar ditambah peristiwa jatuhnya beliau dari tunggangan saat perjalanan hijrah.

Suatu hari sang suami mengeluhkan tentang dadanya yang sakit seusai peperangan.. Sayyidah Fathimah pun menjawab bahwa tangannya juga sakit karena menggiling gandum.

Sang suami pun memberitahukan bahwa kaum muslim memperoleh sejumlah tawanan perang, menyarankan agar Sayyidah Fathimah mendatangi Rasulullah ﷺ meminta salah satu tawanan perempuan untuk membantunya..

Sayyidah Fathimah pun berangkat..

Rasulullah ﷺ melihat kedatangan putri beliau dan berkata: "Ada apa anakku?"

Sayyidah Fathimah menjawab: "Ku datang untuk mengucapkan salam padamu".

Sayyidah Fathimah malu mengucapkan keperluannya..

Beliau pun pulang memberitahukan suaminya apa yang terjadi... sang suami bangkit & menemani sang isteri... Rasulullah ﷺ yang melihat kedatangan mereka menanyakan ada keperluan apa? Sayyiduna Ali pun menceritakan keluhan mereka berdua & keperluan mereka pada seorang pembantu..

Rasulullah ﷺ menjawab: "Tidak, demi Allah.. ku tidak akan memberikan kalian berdua & membiarkan ahlu ash-shuffah kelaparan sementara ku tidak dapat menafkahi mereka.. ku akan menjual tawanan dan menafkahi mereka dengan hasil penjualan".

Pasangan ini pulang & mengucapkan terima kasih.. mereka berdua tidak tahu bahwa keluhan mereka berdua menyentuh hati sang ayah & membuat beliau memikirkannya sepanjang hari.

Malam yang dingin tiba.. Rasulullah ﷺ mendatangi pasangan mulia ini yang sedang berbaring di kasur yang keras dan dalam satu selimut kecil mereka: jika kaki tertutup; kepala mereka berdua kelihatan, dan jika kepala ditutup; maka kaki mereka berdua yang kelihatan... 

Rasulullah ﷺ mengatakan agar mereka tetap berbaring lalu bersabda dengan lembut: "Maukah kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian berdua minta?". Mereka berdua menjawab bersama: "Tentu saja, wahai Rasulallah".

Rasulullah ﷺ bersabda: "Kata-kata yang diajarkan Jibril padaku: Kalian berdua setelah shalat bertasbih 10 kali, bertahmid 10 kali, dan bertakbir 10 kali. Ketika kalian berbaring pada tempat tidur kalian; bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34 kali".

Setelah sepertiga abad semenjak kejadian itu, Sayyiduna Ali menyebutkan bahwa beliau tidak pernah meninggalkan amalan yang diajarkan Rasulullah ﷺ.

Kisah tentang perjuangan & pengorbanan pasangan ini begitu banyak..

Kehidupan keras & kondisi badan yang lemah, tidak menghalangi Sayyidah Fathimah untuk terus berada di sisi sang ayah ﷺ ketika diperlukan...

Beliau ada saat perang Uhud... menjadi salah satu tim perawat kesehatan... beliau lah yang merawat langsung luka sang ayah ﷺ..

Saat itu, Rasulullah ﷺ kena lemparan batu, wajah beliau terluka, salah satu gigi beliau jatuh... darah mengalir di wajah beliau.. Rasulullah ﷺ berkata: "Bagaimana bisa suatu kaum beruntung ketika melempari wajah Nabi mereka yang menyerukan mereka kepada tuhan mereka".

Sayyidah Fathimah datang membasuh wajah sang ayah ﷺ, dan suaminya yang menuangkan air.. Ketika melihat air makin memperbanyak keluarnya darah, Sayyidah Fathimah pun membakar potongan kain sampai jadi abu, lalu abu itu ditempelkan ke luka... darah pun berhenti mengalir.

Sayyidah Fathimah pun hadir di tahun ke-8 hijriah.. saat fath Makkah... berada tidak jauh dari sang ayah ﷺ... salah satu saksi kebahagian & kemenangan...

Sebagian Keistimewaan Sayyidah Fathimah az-Zahraa `alaihaa wa `ala abiiha as-salaam

Lahir dari pernikahan Sayyidah Fathimah & Sayyiduna Ali 4 anak mulia: 

- Sayyiduna al-Hasan pada tahun ke-3 hijriyah.

- Sayyiduna al-Husain pada bulan sya`ban tahun ke-4 hijriah.

- Sayyidatuna Zainab pada tahun ke-5 hijriah.

- Sayyidatuna Ummu Kultsum pada tahun ke-7 hijriah.

Rasulullah ﷺ lah yang memberi nama para cucu beliau itu, mengadzankan di telinga & merayakan kelahiran mereka... para cucu yang sangat mirip dengan sang kakek ﷺ...  

Gambaran cinta yang agung pada seorang ayah terhadap putri tercintanya.. setiap ada waktu luang, Sayyiduna Rasulullah ﷺ mendatangi para kekasih beliau.

Suatu malam, Sayyidah Fathimah & sang suami terlelap tidur... Sayyiduna al-Hasan menangis, Rasulullah ﷺ tidak tega membangunkan putri & menantu Beliau.. Maka Beliaupun segera mendatangi kambing yang berada di halaman rumah & memerah susunya... lalu meminumi Sayyiduna al-Hasan sampai kenyang...

Suatu hari juga Beliau ﷺ mendengar tangisan Sayyiduna al-Husain.. Beliau pun masuk ke rumah putrinya dan menegur sang putri: "Tidakkah kamu tahu bahwa tangisannya itu menyakitiku?!".

Kisah antara para cucu & sang kakek sangat banyak... 

Kadang Rasulullah ﷺ memanjangkan sujudnya, sampai jama`ah shalat khawatir terjadi apa-apa, padahal itu karena cucu beliau yang menunggangi..

Pernah juga tiba-tiba berhenti berkhutbah & turun dari mimbar karena melihat al-Hasan & al-Husain tergelincir..

Kadang Beliau ﷺ bermain-main... meletakkan kaki al-Husain di kaki Beliau ﷺ.. sambil memegang kedua bahunya... lalu memintanya untuk "Naik, naik...".. sampai akhirnya kaki al-Husain berada di dada sang kakek ﷺ, lalu mengatakan: "Buka mulutmu!".. al-Husain pun membuka mulutnya.. Rasulullah ﷺ pun mencium mulut itu dan bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, cintailah orang yang mencintainya".

Suatu hari, Rasulullah ﷺ berjalan dengan para shahabat menuju ke undangan makan... Beliau ﷺ melihat al-Husain sedang bermain dengan teman-temannya.. Rasulullah ﷺ pun membuka tangannya untuk menangkap al-Husain yang berusaha lari ke sana ke mari... akhirnya bisa ditangkap.. lalu Rasulullah ﷺ meletakkan salah satu tangan Beliau di bawah kepala belakang & satu tangan di bawah dagu dan mencium al-Husain sambil berkata: "Husain dari aku, dan aku dari Husain... cintailah Ya Allah orang yang mencintai Husain".

Para hadirin berdiri kagum, salah seorang dari mereka berkata: "Beginikah Beliau ﷺ memperlakukan cucu Beliau, Demi Allah ku punya seorang anak laki-laki, tak pernah sama sekali ku menciumnya".

Rasulullah ﷺ menjawab: "Barang siapa yang tidak menyayangi; maka tidak disayangi!".

Wajar para cucu Rasulullah ﷺ mendapat perhatian khusus, apalagi Sayyidah Fathimah perempuan terkemuka yang memang punya banyak keistimewaan tersendiri... diantaranya: Rasulullah ﷺ bersabda: "Bahwasanya Fathimah menjaga kemaluannya; maka Allah menjaga keturunannya dari api neraka".

Di hari kiamat.. akan diteriakkan pada seluruh manusia.. agar menutup mata masing-masing; karena Sayyidah Fathimah lewat.

Sayyidah Fathimah keturunan Rasulullah ﷺ yang paling dekat & dicintai, satu-satunya yang masih hidup sampai kepergian sang ayah ﷺ, juga anggota keluarga yang paling mirip kepribadian dengan Beliau ﷺ... 

Suatu hari, Rasulullah ﷺ yang menahan lapar berhari-hari diundang makan oleh Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu `anhu... hidangan daging yang dimasak & dibakar... Rasulullah ﷺ mengambil potongan daging & membungkusnya dalam roti, meminta si penjamu untuk "Segera mengantarkannya ke Fathimah, karena dia tidak memakan makanan seperti ini berhari-hari".

Cinta dibalas cinta... 

Suatu hari Sayyidah Fathimah memberikan potongan roti pada sang ayah.. sang ayah ﷺ menanyakan "Apa ini?".. Sayyidah Fathimah menjawab: "Ku membuat roti, dan ku tidak bisa memakannya sebelum ku membawakanmu".. Sang ayah ﷺ bersabda: "Ini makan pertama yang dimakan ayahmu semenjak 3 hari".

Hubungan yang sangat dekat... ketika Rasulullah ﷺ sakit... Beliau membisikkan suatu rahasia... bahwa ajal Beliau sudah dekat.. Sayyidah Fathimah pun menangis sedih.. lalu Rasulullah ﷺ membisiki lagi bahwa kamu adalah anggota keluarga yang paling pertama menyusul.. kata itu membuat Sayyidah Fathimah tersenyum bahagia.

Setelah kepergian sang ayah ﷺ...  Sayyidah Fathimah sangat sedih... juga bersiap-siap untuk berjumpa kembali dengan sang ayah tercinta ﷺ..

Pada hari senin, tanggal 2 Ramadhan, tahun ke-11.. Sayyidah Fathimah pun pergi, kurang dari 6 bulan dari kepergian sang ayah... 

Sayyiduna Ali menangis di samping maqam sang isteri tercinta:

Setiap pertemuan antara 2 kekasih pasti ada perpisahan... dan semua yang di atas tanah / bumi "( di dunia) itu adalah sedikit

Bahwasanya kehilanganku Fathima setelah Ahmad (ﷺ)... merupakan bukti bahwa perjalanan cinta kasih (dunia) itu tidak abadi.

__________

Diambil sebagian besar dari: Taraajim Sayyidaat Bait an-Nubuwwah.. karangan Binti asy-Syaathi rahimahullāh- dan fiqh as-sirah karangan Syekh as-Syahid Muhammad Ramadhan al-Bouthi rahimahullāh-__dan juga perayaan maulid Sayyidah Fathimah bersama Syekh Yusri hafizhahullaah di masjid al-Asyraaf, 23 Jumaadil akhir 1437 / 1 April 2016.

https://www.youtube.com/watch?v=IHyfhF6hcpA

Ketika itu beliau membaca kitab:

عِقد اللول في سيرة البتول تأليف الشيخ محمد بن حسن بن علوي الحداد.

https://archive.org/details/3iedullul.

Photo:

1. Pakaian Sayyidah Fathimah radhiyallah `anha, tersimpan di museum Topkapi, Turki. 

2. Pintu hujrah Sayyidah Fathimah, di sebelah utara dari hujrah an-Nabawiyah.. di dalam masjid an-Nabawi.. al-Madinah al-Munawwarah.

Sayyidah Fathimah az-Zahraa - Kajian Islam

Sayyidah Fathimah az-Zahraa - Kajian Islam

Sumber FB : Feri Hendriawan

24 Januari 2021 pada 23.28  · 

©Terima kasih telah membaca Blog Ardiz Borneo dengan judul "Sayyidah Fathimah az-Zahraa". Semoga betah di Blog Ardiz Borneo®

Artikel Terkait