Saat membawa budak ke Cape Town, Belanda langsung mengubah nama-nama mereka. Ada yang dinamakan berdasarkan bulan kehadirannya, atau asal daerahnya. Ada Bambang van Java, December van Bale, August van Macassar, dan sebagainya.
Wajar jika pengaruh Indonesia di Bo-Kaap sangat besar. Bahkan, banyak penduduk Bo-Kaap yang kemungkinan keturunan orang-orang Indonesia.
Bo-Kaap sekarang masih ada dan menjadi salah satu kotapraja di Cape Town. Ini kota indah, bersih, tertata rapi, dengan cat rumah berwarna-warni.
Terletak di lereng Signal Hill, Bo-Kaap juga menghadap ke Table Mountain. Daerah yang menyenangkan. Bagi orang Indonesia, mengunjungi Bo-Kaap selolah ada kedekatan psikologis.
Selain secara historis banyak keturunan budak dan tahanan politik Indonesia yang tinggal di sini, banyak pula budaya dan adat istiadat Indonesia yang masih bertahan. Sebagai misal, masakan sebagian orang Bo-Kaap ada yang mirip masakan Indonesia, seperti sambal, kari, dan bubur.
Beberapa bahasa Indonesia juga masih akrab terdengar di wilayah ini. Sebagai misal, tramakasie (terima kasih), boeka (buka), kamar mandie (kamar mandi), belajar, berkalahie (berkelahi), dan sebagainya. Ini bukti betapa Indonesia punya pengaruh yang kuat.
Ini juga menjadi daerah Muslim yang amat kuat. Dan, orang-orang Indonesia pula yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Cape Town.
Di daerah itu juga ada Restauran Bismiellah. Ternyata, wajah-wajah para pelayannya tak jauh dari wajah Indonesia. Setidaknya, kulit mereka rata-rata coklat. Begitu ada tamu dari Indonesia, mereka langsung bersemangat dan banyak tanya.
"Oh, Anda dari Indonesia," kata seorang pelayan dengan bahasa Inggris.
"Salamat datang!" lanjutnya, yang maksudnya selamat datang.
"Mungkin saya keturunan Indonesia. Saya tak tahu. Yang saya tahu, saya orang Afrika Selatan," kata Fatima, salah seorang pelayan Restauran Bismiellah.
Salah satu bukti keberadaan Indonesia adalah makam Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam. Dia berasal dari Tidore, Maluku, Indonesia.
Imam Abdullah adalah salah satu tahanan politik semasa VOC menjajah Indonesia. Dia adalah pangeran Kerajaan Tidore. Dia dibuang Belanda ke Cape Town pada 1780. Dia juga pernah ditahan di Robben Island. Di pulau buangan itu, dia menulis banyak buku tentang Islam dan surat-surat dalam Al Quran, dengan mengandalkan daya ingatnya.
Buku-bukunya menjadi referensi utama Muslim di Cape Town sampai abad ke-19. Pengaruhnya juga sangat kuat. Dia juga membangun sekolah Islam pertama di Bo-Kaap, mengambil murid dari anak-anak para budak dan anak-anak kulit hitam. Maka, dia dijuluki Tuan Guru.
Julukan itu sendiri memakai bahasa Indonesia. Dan, orang Cape Town sampai sekarang tetap menyebutnya Tuan Guru. Dia juga salah satu tokoh besar yang dihormati warga Cape Town. Salah satu dari tiga imam besar yang pernah ada di Bo-Kaap. Dua imam besar lainnya adalah Tuan Nuruman dan Tuan Sayed Alawie. Hanya saja, Sayed Alawie berasal dari Yaman. Dia terkenal karena propaganda di kalangan para budak untuk melawan perbudakan.
Warga Cape Town yang cukup tahu Indonesia, Karim, langsung membawa Kompas.com ke Bo-Kaap. "Kamu orang Indonesia, harus ke Bo-Kaap. Ini tempat perbudakan pertama dan banyak orang Indonesia dibawa ke daerah ini. Siapa tahu, Anda akan banyak bertemu keturunan Indonesia," katanya.
Namun, faktanya sulit. Sebab, sebagian orang sudah tak bisa menelusuri silsilah keluarganya. Mereka kadang hanya mengira-ngira mungkin punya darah Indonesia.
Meski begitu, pengaruh Indonesia di Bo-Kaap tetap terasa. Selain ada makam Tuan Guru, juga banyak bahasa Indonesia yang masih bertahan di Bo-Kaap.
Sumber: Travel.Kompas (29 Juli 2010) Borneo
#Indonesia