Bisa kita lihat perbedaan pilihan yang dibuat oleh Ahmad dan Nurul pilihan untuk tertekan, stres, berkeluh kesahatau memilih untuk berkembang melalui situasi yang ada. Dan ternyata setiap hari kita selalu disuguhkan dengan yang namanya pilihan. Coba saja anda perhatikan, dari sejak bangun tidur hingga kembali tidur, aktivitas kita selalu berbentuk pilihan.
Contohnya, pada pagi hari kita bisa memilih untuk bangun pagi atau tetap bermalas-malasan di tempat tidur sehingga bangun kesiangan. Waktu berangkat ke tempat kerja, kita bisa memilih jalur biasa yang panjang dan macet atau jalur memotong dengan konsekwensi harus lewat jalan sempit dan banyak lubang, kita bisa memilih ngebut atau jalan perlahan. Tinggal keputusan kita untuk memilih mana yang kita inginkan. Terserah kita mau menentukan yang mana, bebas saja.
Namun yang perlu dicermati adalah konsekwensi dari pilihan tersebut yang tidak bisa kita tolak. Kembali ke contoh di atas jika kita memilih untuk berada di posisi Ahmad maka hasilnya kita menjadi tidak bisa berkembang dan justru malah membuat kita mundur dan membuang begitu banyak energi. Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk selalu memikirkan konsekwensi pilihan kita.
Jika ada suatu waktu kosong segeralah membuat pilihan yang membawa manfaat, hindari pilihan untuk santai, atau mengobrol tidak menentu. Tanamkan dalam diri bahwa hari ini adalah “the best time” untuk saya melakukan hal-hal produktif. Berkembang setiap hari dan selalu melakukan yang terbaik.
Hindari ungkapan seperti:
”Duh sengsaranya diri ini, gaji kecil, hutang banyak, anak sakit, serasa runtuh dunia ini”
“Waduh, rapaaatttt melulu, kapan istirahatnya, stres berat nih!”
“Dasar anak kecil, kerjanya nangis melulu udah gitu main melulu rumah jadi berantakan nih!”
Padahal bisa jadi kita rubah pilihan kita menjadi:
“Alhamdulillah masih gajian pelan-pelan bisa lunasin hutang mudah-mudahan berkah dan Allah tambahkan rezeki”
“Yes, seneng banget nih! Di rapat nanti ketemu orang-orang penting jadi bisa belajar dari mereka”
“Sabar-sabar, memang sulit mengurus anak tapi ini bisa jadi ladang amal dan belajar, sabar….”
Rasullulah SAW, walaupun sudah dijamin oleh Allah SWT dari dosa-dosanya tetap memilih untuk bersungguh-sungguh mengerjakan shalat tahajjud hingga bengkak kakinya. Padahal bisa saja beliau memilih untuk tenang-tenang saja, toh tetap saja ketekunannya tidak berubah.
Dengan memilih untuk menjadi bahagia sebenarnya kita juga sedang mensyukuri karunia Allah yang telah diberikan kepada kita. Ada yang tertarik untuk berbahagia setiap hari?
Sumber : Catatan Yusuf Mansur Network (26 Mei 2010) Borneo
Kontes SEO : Hosting Murah Indonesia Indositehost.com
Gabung Yuk di Facebook Yusuf Mansur Network
#Religi