Date: Tuesday, July 10, 2007 9:55 AM
Mungkin ada terusik oleh sebuah pertanyaan, apakah doa yang dipanjatkan seseorang ketika ia bekerja akan mengubah jatah rezkinya yang merupakan taqdir dari Allah?
Di kitabnya, Ad-Daa’ wa Ad-Dawa’, Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah menjawab, “Taqdir itu ditentukan Allah melalui beberapa sebab. Dan di antara sebabnya adalah doa. Allah tidak mentaqdirkan sesuatu tanpa sebab. Allah juga menentukan sebab itu. Manakala seorang hamba melakukan sebab itu, maka taqdir itu pun terjadi. Seperti halnya taqdir kenyang dan hilangnya dahaga dengan makan dan minum. Taqdir lahirnya seorang anak melalui proses perkawinan. Taqdir makan daging binatang dengan menyembalihnya terlebih dahulu. Termasuk taqdir masuk surga dengan amal perbuatan dan masuk neraka dengan amal perbuatan. Maka, doa merupakan sebab paling penting untuk menggapai taqdir.”
Doa adalah ibadah yang disyariatkan Allah kepada hamba agar dalam berinteraksi dengan Allah,
perasaan harap dan keinginan kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya tertancap di dalam dirinya. Dan jika seseorang mempunyai keinginan kuat untuk mendapatkan dambaannya serta takut kehilangan dambaan tersebut, tentu hal itu akan semakin menggerakkannya untuk berbuat dan mengoptimalkan usahanya.
Hasil yang dicapai tidak selamanya berbanding lurus dengan usaha. Dan keimanan seseorang kepada taqdir membuatnya menerima hasil dari semua usahanya, baik sesuai dengan keinginannya atau tidak. Keimanan kepada taqdir yang berlaku bagi dirinya setelah melakukan ikhtiar manusiawi adalah puncak keimanan.
Kebaikan dan keburukan yang menimpa tidak membuatnya berpaling dari menempuh jalan positif menuju kebaikan. Memilih taqdir baik adalah bagian dari ikhtiar yang dianjurkan dalam Islam. Suatu ketika Umar bin Khatthab menginstruksikan pasukannya yang sedang melaksanakan operasi militer agar berpindah dari tempat yang diindikasikan terkena epidemi kolera menuju tempat lain. Salah seorang pasukan berkomentar, “Apakah Anda ingin berlari dari taqdir Allah, wahai Umar?” Khalifah kedua ini menjawab, “Ya, kita berlari dari taqdir Allah menuju taqdir Allah.”
Sangat sejalan dengan apa yang dianjurkan Rasulullah saw., Imran bertanya, “Ya Rasulullah, untuk orang-orang beramal?” Beliau menjawab, ‘Masing-masing orang akan dipermudah menuju taqdirnya.” (Muttafaq Alaihi)
Ali ra. berkata, “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian tidak bersih keimanan di dalam hatinya sampai dia yakin seyakin yakinnya dan tidak ragu sedikit pun, bahwa apa yang menimpa dirinya bukan karena kesalahan yang dilakukannya dan kesalahan yang dilakukan tidak menyebabkannya tertimpa musibah serta meyakini semua takdir yang terjadi.”
Ketika benih telah disemai, air telah disiramkan, pupuk telah ditebar, berdoalah. Lalu apapun yang dihasilkan, terimalah dengan penuh ketulusan sebagai karunia Zat yang mengeluarkan buah dari bunganya. Wallahu A’lam.
#Motivasi